Tren Baru, Makin Unik Makin Menarik
TERTARIK karena unik. Mungkin itu yang jadi daya tarik beberapa makanan yang dikemas secara beda. Ada minuman milkshake yang dikemas menggunakan dot. Ada roll cake (bolu) dengan motif batik. Ada es krim yang ditaruh dalam pot mini. Dan ada pula tahu yang di-mix dengan ikan tuna. Inilah makanan-makanan yang sedang tren belakangan ini, yang ternyata ditinjau dari sisi bisnis pun menggiurkan.
Predikat Yogyakarta sebagai kota wisata kuliner memang cukup mengemuka sejak satu dekade terakhir. Beratus usaha berdirian. Dari genre nusantara, barat, hingga timur tengah riuh bermunculan. Entah itu hanya berbentuk warung tenda, restoran berbintang, atau yang paling canggih, warung makan online ada di Yogyakarta.
Momen menebalnya predikat karena bermunculannya banyak ragam kuliner memaksa para pengusaha kreatif dalam bisnis kuliner. Terlebih lagi keadaan masyarakat kekinian yang gila citra, kreativitas adalah harga mati. Fitria Hana, kritikus kuliner Jurusan Tata Boga UNY mengamini kondisi tersebut.
"Sekarang memang zamannya citra. Bisnis kuliner juga gitu. Mana yang bisa mendesain makanannya sebaik atau secantik mungkin lalu diunggah ke media sosial seperti instagram, FB, dan lain sebagainya bakal dipilih. Soal rasa itu nomor tiga setelah tempat," katanya berbincang santai dengan Koran Merapi Kamis (3/9) malam di sebuah warung kopi bilangan Mrican.
Mempercantik makanan memang jadi sebuah persyaratan mutlak. Namun, Hana mengingatkan bahwa soal rasa harus dikedepankan dalam membuat suatu makanan. Perihal bisnis, memakai kerangka kapitalisme plastik: memproduksi barang dengan jumlah banyak dan diperjualbelikan secara luas sudah ketinggalan zaman. "Sekarang, jangan pakai yang klasik. Namun jumlah barang sesuai permintaan namun kuailitas dikedepankan. Itu yang harus dilakukan pebisnis kuliner, baik yang memunyai toko atau warung, juga melalui online," terangnya.
Persiapan tersebut dilakukan Javanese Roll Cake Batik milik Ani Kusumawati. Kue berkonsep barat dipadukannya dengan motif batik asli Jawa. Apa yang dilakukannya dengan kuliner yang ia tawarkan merupakan representasi dari keyakinan Sultan Hamengku Bawono (HB) IX tentang manusia Jawa. "Mau sebarat apapun, saya tetap orang Jawa. Batik ini merupakan tradisi dan kebudayaan Jawa. Jadi sekaligus Roll Cake juga cara untuk lebih mengeksistensikan dan melestarikan motif batik asli Yogyakarta," kata Ani yang buka stan di Festival Kesenian Yogyakarta (FKY), Taman Kuliner Condong Catur.
Tak sekadar tampilan, kue yang jadi primadona di FKY ke-27 ini, juga mempunyai tekstur yang lembut dan rasa yang enak. Dua rasa yang cukup banyak dipesan di toko online miliknya adalah rasa green tea dan red velvet. Untuk mendapatkan cita rasa yang khas dan motif batik sebagai pelapis kue, ia tak mendapatkannya secara sesar.
"Saya ikut kursus sama teman-teman. Awalnya mencoba sendiri melalui resep-resep di FB tapi terus saya seriusin. Paling susah itu membuat motif adonan sebelum motif batik. Harus pas dan telaten," katanya.
Kreativitas juga dilakukan oleh pengusaha minuman Pong Time, Dinda dan Diana. Menjajakan milkshake di dengan wadah dot bagi kedua mahasiswa ini bukan hal yang absurd. Pasalnya hampir setiap orang masa kecilnya pernah minum susu menggunakan dot. "Selain keunikan kemasan, kami juga secara enggak langsung menjual kenangan sama yang beli," kata Diana.
Awalnya, usaha ini mereka pikirkan saat baru masuk kuliah awal 2014 lalu. Punya sedikit modal dan kenekadan, keduanya bersama teman-temannya yang masih duduk di bangku kuliah pun membuka usaha minuman ini dan kali pertama dijajakan di FKY. "Yang beli rata-rata anak muda usia 20 tahun ke atas. Rata-rata bilang 'ih lucu banget' pas beli. Baru buka dua jam udah harus isi ulang terus," tambah Dinda.
Makanan unik lainnya adalah 'Tahu Tuna Tina'. Makanan olahan Maria Agustina (32) merupakan perpaduan tahu tuna, bawang bombay, brokoli dan terong dengan saus kacang dan mayones ini sedang jadi favorit anak-anak muda.
Tina mengatakan, setiap waktu dirinya selalu meningkatkan cita rasa tahu tuna yang dijualnya. "Tahun ini tahu tuna kami campur dengan brokoli, bawang dan terong. Ternyata responnya luar biasa," papar Tina.
Resepnya, selain saos kacang seperti yang digunakan di batagor, serta tambahan mayones, bagi penggemar pedas bisa minta ditambahkan jus cabai. "Jus cabai itu dibuat dari satu kilo cabai. Tapi kalau yang tidak suka pedas bisa menggunakan saos kacang dan mayones saja," urai perempuan yang juga berkarier sebagai guru honorer ini.
Tiap hari Tina bisa menghabiskan tahu tuna sebanyak 100 pack padahal satu pack berisi 10 tahu, 20 kilo brokoli, 10 kilo terong dan lima kilo bawang bombay.
Saat ini Tina belum menemukan tempat yang cocok untuk berjualan dan masih melihat perkembangan pasar. Tina justru akan mencoba berjualan melalui media sosial terlebih dahulu. Bagi yang berminat bisa pesan dan COD.
Ia berharap dari makanan hasil kreasinya ini banyak anak muda yang menyukai sayuran. Tina mengaku ada salah satu pembelinya yang tidak suka bawang. Tetapi setelah merasakan jika bawang bombay digoreng itu terasa manis, dia justru sekarang menyukai bawang. Ia menambahkan untuk mengurangi sampah, wadah Tahu Tuna Tina dibuat dari kertas minyak yang dibentuk menyerupai kapal. "Saya sengaja cari wadah yang ramah lingkungan. Kalau stereofoam tidak bisa hancur, kalau pakai plastik juga sulit karena makanan kami disajikan masih panas. Lalu milih kertas minyak yang dibentuk seperti kapal biar mudah dipegang," ungkap Tina.
Es krim pot juga jadi makanan menarik dan unik saat ini. Salah satu yang berjualan Es Krim Pot adalah 'Dapur Spot'. Pemilik Dapur Spot, Susi Listyaningsih (47) mengatakan saat ini sudah banyak yang berjualan es krim pot di Yogya tetapi minat pembeli tetap tinggi. Setiap hari ia bisa menjual 150 es krim pot atau sebanyak 32 liter es krim. Susi mengatakan es krim pot ini awalnya merupakan ide anak sulungnya Ika Diah Afriani (23) serta adiknya Anisa Devi (13). "Kami yang pertama jualan es krim pot di Yogya, pertama kali jualan 15 Maret 2015 di Sunday Morning UGM. Dulu satu jam jualan, delapan liter es krim bisa habis," terang Susi.
Ia menjelaskan es krim pot yang dijual mempunyai tiga varian yakni tropical, beach yang dibandrol harga Rp 15 ribu dan desert dijual dengan harga Rp 20 ribu. Dalam setiap penyajiannya, Susi berusaha membuat mirip seperti tanaman sungguhan yang ada di pot. Ia pun menggunakan bunga krisan asli sebagai hiasan. Susi juga berpikir keras untuk membuat makanan yang menyerupai cacing tanah. Saat ini Dapur Spot buka outlet di Jalan Kaliurang Km 7 Kolombo Baru.(C-3/Tiw/Abp)
MERAPI-SWADESTA WASESA/MAHAR PRASTIWI/ISTIMEWA
Roll Cake Batik, milkshake dot, es krim pot dan tahu tuna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar