Dari Sumatera Beredar Hingga Pasar Eropa
FOSIL kayu atau ada yang menyebutnya sebagai batu sempur, proses pengerasannya mirip pembentukan mutiara pada kerang. Hanya saja senyawa mineral dalam kayu berlangsung selama ratusan sampai jutaan tahun. Fosil ini biasa ditemukan di sungai-sungai maupun di dalam tanah seperti di pegunungan dan hutan-hutan.
Sumber daya alam seperti ini dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan, misalnya dibuat menjadi wastafel, meja/bangku, piring, tempat buah dan telnan. Satu di antaranya telah diterjuni Sarjito bersama kakak iparnya sejak 2008 silam. Tempat workshopnya ada di kawasan Ngentak Seyegan Sleman. Sejak booming batu akik, sejumlah pelaku usaha di bidang akik ada yang mencari sisa-sisa fosil kayu ini.
“Mereka biasa memilih sendiri, kalau ada yang cocok dan tidak kami gunakan boleh-boleh saja dibeli,” jelas Sarjito, kemarin.
Bahan fosil kayu atau bahasa ilmiahnya petrified wood, sebut Sarjito, banyak diperolehnya dari beberapa daerah seperti Jawa Barat, Lampung, Riau, Jambi dan Kebumen. Khususnya yang berasal dari Pulau Sumatera dikenal lebih bagus kualitasnya dan lebih keras. Setelah menjadi wujud produk kerajinan terutama meja atau bangku biasa dibanderol Rp 22.000 perkilogram. Padahal produk seperti meja kursi beratnya mulai dari 50 kilogram hingga ratusan kilogram.
Fosil kayu yang banyak dibeli terutama dari Sumatera banyak yang awalnya berada pada kedalaman tanah tiga hingga lima meter dari permukaan tanah. Wujudnya saat ditemukan dalam bentuk yang mirip bongkahan kayu biasa ataupun masih utuh seperti bagian badan batang pohon. Alhasil, masih perlu dipotong maupun diiris sehingga menjadi wujud lempengan. Ketika dibentuk meja ada juga yang model disambung-sambung.
Ditambahkan Sarjito, bahan fosil kayu masih mentah biasa dipotong-potong dahulu menggunakan mesin serkel yang biasa untuk membelah keramik. Lalu menjalani proses lainnya seperti tahapan fleksibel atau menghilangkan guratan-guratan pisau pemotongan. Ada lagi proses pengamplasan, misalnya lima sampai enam kali pengamplasan, seperti menggunakan amplas tipe 60, 100, 320, 500, 800, 1000 dan 1500. Tipe amplas ini dapat dibongkar-pasang dalam mesin khusus seperti gerinda.
“Sebagian produk kami sudah dibeli warga luar negeri seperti Amerika, Itali dan Jerman lewat agen yang biasa mengekspor produk-produk kerajinan. Ada juga warga Indonesia yang memesan ke tempat kami. Kerajinan seperti ini mempunyai keunggulan seperti tampak alami, unik dan lebih awet atau bisa digunakan turun-temurun,” paparnya. (Yan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar