Minggu, 27 September 2015

Hidayah

Daging Kurban

Pembawa Kebahagiaan

TAHUN ini Abdullah (semua nama disamarkan) bersyukur bisa berkurban. Lantaran satu ekor sapi untuk tujuh sohibul kurban, dia bergabung dengan sejumlah tetangganya yang sudah terlebih dahulu mendaftar di masjid tak jauh dari kediamannya.
"Kita harus bersyukur karena sudah diberi nikmat dari Allah SWT yang demikian banyak. Karena itu kalau rezeki melimpah, kita harus kurban," ujar Abdullah kepada dua anaknya yang beranjak dewasa usai melaksanakan Salat Idul Adha.
Karena sebagai sohibul kurban, Abdullah menerima daging sapi lebih banyak. Ia pun kebingungan dengan daging sebanyak itu. Sementara, jumlah keluarganya hanya 4 orang.
"Kalau disimpan di <I>freezer<P> terlalu lama juga tidak baik. Kita ambil satu kilogram saja, bisa buat masak sampai hampir satu minggu," ujar Aminah, istri Abdullah.
Abdullah pun terdiam sejenak sempari melihat daging sapi sebanyak 5 kilogram yang diberikan panitia kepada keluarganya. "Bagaimana kalau kita berikan saja daging kurban jatah kita ini untuk kaum dhuafa yang tidak jauh dari rumah kita. Kan kalau bukan sohibul dapat dagingnya cuma sedikit," usul Abdullah kepada istrinya.
Akhirnya disepakati oleh pasangan suami-istri itu untuk mengambil 1 kg daging sapi. Sementara 4 kg lainnya diberikan kepada orang lain. Mereka mengidentifikasi ada 8 orang kaum dhuafa yang ada di sekitar rumahnya. Karena itu, Abdullah membungkus daging sapi menjadi 8 plastik dengan berat setengah kilogram.
"Langsung kita berikan saja, takut daging basi," ujar Abdullah sembari melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Abdullah dan istrinya lantas mengunjungi rumah 8 kaum dhuafa itu.
Mendapat tambahan daging sapi sebanyak setengah kilogram mereka sangat girang. Terutama kaum dhuafa yang memiliki anggota keluarga lebih dari 4 orang. "Alhamdulillah ya pak, jadi cukup untuk anggota keluarga kami yang jumlahnya 6 orang. Semoga keberkahan selalu menaungi bapak sekeluarga," ujar Sukir, salah satu kaum dhuafa yang mendapatkan daging sapi dari Abullah.
Mendapati orang-orang bahagia mendapatkan daging sapi, Abdullah dan istrinya tampak berlega hati. Mereka tak ingin daging sapi yang diperoleh keluarganya teronggok tanpa arti di  freezer kulkas. Dengan berbagi daging kurban jatahnya kepada kaum dhuafa, keluarga Abdullah mendapatkan kepuasan hati dan kebahagiaan ganda. "Daging kurban kita tidak hanya membuat bahagia orang lain, kita pun bahagia karena melihat orang lain dapat tersenyum dapat tambahan daging kurban," ujar Abdullah. (Oin)

TREN BATU AKIK

Dulu Booming, Sekarang Pusing



Dijual batu liontin 12 biji borongan 300rb saja. Batu cincin 33 biji cuma 350rb, lokasi Tugu Jogja. Minat hubungi 081904xxxxxx

BEGITU bunyi iklan yang ditawarkan lewat Facebook (FB) lengkap dengan foto yang memperlihatkan puluhan batu yang dijual oleh pengelola FB beberapa hari lalu.
IKlan-iklan semacam ini pun sering kita temui di berbagai media sosial, yang rata-rata menawarkan harga murah meriah beragam macam batu akik dari berbagai penjuru. Padahal sebelumnya harga yang ditawarkan jauh di atas harga yang diobralkan sekarang. Booming batu akik turun. Dulu Booming, Sekarang sempat bikin Pusing.
Pertanyaan inilah yang kemudian banyak dilontarkan, bukan saja masyarakat pembeli tetapi juga pelaku usaha, pedagang dan perajin batu akik. Tak cuma batu, pasar cangkang (emban) pun ikut terperosok keadaan. Kalau biasanya emban Titanium bisa dijual hingga Rp 70 ribu, kini terjun ke harga Rp 35 ribu.
Di Pasar Anyar, Jalan Dewi Sartika Jakarta salah satunya. Penjualan menurun hingga 70 persen sudah dirasakan pada bulan Juni lalu. Penjual batu akik, Fendi (43) menuturkan, salah satu indikasi menurunnya minat batu akik adalah penurunan jumlah penjualan ring atau gagang batu akik.
Selain sepi peminat, bahan baku juga mulai sulit didapat. Terutama bahan baku yang nilainya mahal atau berkelas. Seperti batu akik bacan, lavender, suliki payakumbuh, biosolar aceh, belimbing, dan neon aceh.
Demikian pula pusat batu akik terbesar di Indonesia, di Pasar Rawa Bening, Jatinegara, Jakarta Timur. Seorang pedagang menyebut demam batu akik yang dulu terjadi, saat ini mulai meredup dan membuat omset penjualan mereka turun drastis hingga mencapai 90 persen.
Ridwan (47) pedagang batu akik di Pasar Rawa Bening, mengatakan dagangannya tak lagi laku seperti dulu.
“Dulu sehari bisa dapat Rp 50 juta, sekarang dapat Rp 5 juta saja sudah bersyukur,” katanya belum lama ini seperti dilansir Poskotanews.
Menurut Ridwan, turunnya penjualan batu akik sudah terjadi pasca Lebaran. Namun setelah itu, pengunjung pusat batu akik terbesar ini terus berkurang.
“Setiap hari semakin sepi, yang datang pun bisa dihitung. Beda dengan beberapa waktu lalu yang untuk jalan saja susah karena banyaknya pengunjung,” ungkapnya.
Ridwan menyebut turunnya omset penjulan tidak terjadi secara berangsur-angsur. Namun, omset penjualan langsung turun drastis dan membuat para pedagang kebingungan.
“Ini batu yang baru dibeli beberapa bulan lalu saja masih ada. Biasanya paling lama hanya dua minggu stok barang saya habis,” tuturnya.
Ketua Umum Koperasi Pasar Rawa Bening, H. Darto Caswan menilai, terjadinya penurunan penjualan karena selama ini batu yang masuk ke Jakarta sudah tak terhitung. Bahkan, beberapa warga negara asing juga ikut menawarkan batu. “Karena mereka (WNA) juga hukum pasar tidak berjalan. Karena batu menumpuk dan harga pun menjadi tak terkendali,” ujarnya.
Dikatakan Caswan, sepinya penunjung yang datang, membuat kawasan pasar Rawa Bening, kembali seperti sedia kala. Dimana mereka yang datang hanya merupakan para pencinta batu akik yang benar-benar cinta akan seni dan keindahan dari batu tersebut. “Batu itu tidak pernah ada habisnya, hal inilah yang masih menjadi kebutuhan para pecinta batu,” ungkapnya.
Data kuartal pertama 2015 silam juga menunjukkan tingkat pembelian batu giok dan akik di Aceh mulai mengalami penurunan. Pedagang maupun pecinta batu mengeluh omzet mereka menurun drastis dibanding bulan sebelumnya. Padahal saat itu, booming masih dirasakan di berbagai daerah, tak terkecuali Yogyakarta.
Sekjen Pecinta Batu Aceh, Hendro, mengatakan, permintaan batu giok biasa di Banda Aceh memang menurun drastis dibanding saat baru-baru booming batu Aceh. Sedangkan untuk batu berkualitas super, tingkat pembeliannya masih tetap.
"Pasar mulai jenuh sekarang, pembelinya mulai sepi. Tapi kalau yang kualitas super masih tetap ada karena hanya orang-orang tertentu yang membeli," kata Hendro kepada wartawan seperti dikutip situs online nasional.
Pasar batu memang tak hanya melulu di pusat perdagangan batu maupun pameran. Pasar online yang semula menjadi lahan basah pedagang batu pun merasakan hal yang sama, sepi. Indikasinya dilihat dari traffic pengunjung yang kian hari makin anjlok.
Di Yogyakarta, meski tak ada sentral batu akik sebagaimana di Jakarta, namun gejala penurunan sebenarnya sudah bisa diprediksi ketika agenda pameran dan bursa batu seperti tak terkendali. Dalam waktu bersamaan bisa digelar pameran batu di tempat yang berbeda. Padahal para pedagangnya bisa dipastikan separoh lebih sama, alias tak ada bedanya. Para pengunjung yang biasanya rela berjubel di arena pameran, lambat laun mulai berkurang.
Penyelenggara pameran dan kontes batu di Jogja Gemstone Center di XT Square Yogya, Dody Aditya mengungkapkan, dibanding awal-awal booming batu mulia/akik, sekarang ini sering terdengar cerita sebagian peserta pameran mengalami penurunan tingkat penjualan. Ia menduga,  pada awal-awal booming banyak konsumen yang membeli dalam jumlah banyak meski belum tahu kualitas/jenis batu, misalnya 10 biji sekali membeli. Dalam perjalanannya lebih mengutamakan kualitas/gengsi, sehingga sekali membeli bisa cukup satu sampai dua biji tapi benar-benar batu berkualitas.
“Agar bisa mendukung tingkat pembelian, di sini kami juga mengadakan bagi-bagi dooprize untuk pengunjung maupun peserta pameran. Rutin juga kami selenggarakan kontes batu,” papar Dody.
Lain halnya dituturkan Priyo Edi Praseto bersama istrinya Yayuk, meski diakui pasar menurun, tapi hal itu dianggapnya biasa. Awalnya rutin mengikuti pameran dari satu tempat ke tempat lain seperti di KR, XT Square dan JEC. Sebagai pedagang, Priyo mengaku sudah hal biasa mengalami sepi maupun ramai. Agar tidak merasa capek, akhirnya memilih sewa stan menetap di Gedung C2 XT Square.
Lain halnya dengan Jhony Petra mengaku selepas Idul Fitri lalu sudah merasakan tanda-tanda tingkat penjualan batu akik/mulia dan asesorisnya mengalami penurunan.
“Menurut saya ada banyak faktor menurunnya tingkat penjualan batu mulia maupun akik di pameran, antara lain banyak pedagang dari Jakarta turun ke Yogya seperti dengan menyewa ruko untuk berjualan batu. Banyaknya pameran dan bursa batu di berbagai tempat saling bebarengan juga ikut berpengaruh,” keluh Jhony. (Aja/Yan)

Senin, 21 September 2015

BATU BATIK ARJUNA

Batu Baru Asal Wonogiri


SEBAGIAN
penggemar batu akik merasa senang dengan mengoleksi batu-batu lokal dari berbagai daerah di Indonesia. Satu di antaranya batu asal Wonogiri, yakni jenis  fire opal atau barjad api. Selain barjad api, bahkan ditemukan lagi jenis batu bernama batik arjuna.
Menurut pelaku jual beli batu mulia/akik asal Jalan Veteran Yogya, Akta Yudha, batik arjuna tergolong jenis batu baru asal Wonogiri dan belum banyak dijualbelikan. Ciri khasmya antara lain mempunyai motif batik-batik, bahkan jika beruntung dapat menemukan motif gambar seperti pemandangan, huruf, angka, sosok maupun satwa. Tingkat kekerasan batu antara tiga sampai lima skala mohs.
“Kami sudah menyediakan jenis batu akik berasal dari Wonogiri ini, baik masih bahan maupun sudah digosok. Harga sudah digosok rata-rata Rp 100.000 perbiji, ketika ditemukan gambar dan berkualitas  ada yang sampai Rp 2 juta perbiji,” jelas Yudha.
Batu gambar berkualitas, sebutnya, antara lain dinilai dari tingkat kejelasan gambar, warna, keunikan/kelangkaan dan jenis batunya. Ketika menemukan motif gambar dalam batu, namun gambar tak jelas atau tak detail, biasanya akan dihargai lebih murah. Ketika diikutkan lomba, nilai yang dikumpulkan juga tak bisa maksimal. Ia sendiri mempunyai sejumlah jenis batu bergambar yang dikoleksi, bahkan dalam satu liontin (bolak-balik) ditemukan sampai delapan gambar.
“Liontin dengan delapan gambar ini sudah kami banderol Rp 8 juta. Lain halnya dengan motif gambar Gunung Merapi meletus cukup Rp  4 juta,” papar Yudha sembari menunjukkan batu bergambar yang dimaksud.
Ditambahkan, sebagian jenis batu yang dijualbelikan berasal dari luar Pulau Jawa, antara lain jenis kecubung ungu, red Borneo, giok sojol, black opal, bulu macan dan mata dewa. Ada lagi fosil-fosil kayu asal Jambi.  Berbagai pameran batu mulia/akik pernah diikuti, misalnya di Balaikota Yogya, XT Square, Dalem Notoprajan, KR, TVRI, JEC dan Bamboo Resto.  (Yan)

Minggu, 20 September 2015

Hidayah

Hanya Kepada Tuhan

Ia Mengemis

ORANG seringkali gumun dan kagetan ketika melihat sukses orang lain. Mereka cenderung melihat sukses ketimbang ngangsu kaweruh proses seseorang menjadi pribadi yang berhasil sebagai pengusaha maupun pejabat dan profesi-profesi lain.
Dan itulah yang kemudian dicermati Dawam (48) sejak ia masih duduk di bangku SMP, setahun setelah ayahandanya wafat. Syahdan, ia kemudian ikut putar otak mempelajari via Koran tentang kisah sukses orang-orang. Satu pelajaran berharga adalah; bersemangat baja, menggantungkan cita-cita setinggi langit, dan terakhir berprinsip tidak mau menjadi pengemis alias kecenderungan menadahkan tangan meminta belas kasihan orang lain.
“Tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah,” gumamnya saat pertama kali terjun di jalanan sebagai tukang lap spion mobil dan sepeda motor yang diparkir di emperan toko. Itu dilakukannya setiap kali seusai dia pulang sekolah.
Ibundanya, Nurmediati yang penjual gorengan tempe kaget manakala suatu sore diberi uang oleh Dawam.
“Uang sebanyak ini. Darimana kamu, mencurikah?” tanya Nurmediati.
“Saya anak ibu. Diajarkan ibu untuk menjadi anak soleh. Mana mungkin saya mencuri,”
“Lantas darimana? Atau kamu mengemis seperti anak-anak seberang sungai itu. Asal tau, begini-begini ibu masih sanggup memberimu makan setiap hari. Jangan pernah kau mengemis,” kejar Nurmediati penuh selidik.
“Saya anak ibu, mana mungkin saya mengemis. Ini uang halal, hasil saya bekerja mengelap motor dan spion mobil. Mohon terimalah untuk ditabung tambah modal,” jawab Dawam, yang kemudian didekap Nurmediati.
Dawam tak berhenti di situ. Menginjak usia lepas remaja malah getol mencari uang dengan cara apa pun. Ia rajin membaca koran, tak terkecuali rubrik iklan. Ia juga pintar ‘pasang telinga’ untuk mengetahui orang-orang yang butuh membeli barang bekas. Istilah kerennya, Dawam mulai keranjingan sebagai makelar jual-beli barang bekas.
Dari sanalah ia bisa membayar uang sekolah, bahkan kemudian membayar uang kuliah hingga lulus sebagai sarjana hukum. Maka tak heran kalau kemudian dia kini menjadi legal konsultan untuk sejumlah perusahaan bonafid.
“Siapa bilang untuk memperoleh uang harus mengeluarkan uang?” ucap Dawam saat didapuk menjadi pembicara dalam sebuah seminar kiat sukses sebagai profesionalis bidang hukum dan ekonomi.
Orang-orang takjub. Orang-orang setengah tak percaya. Tapi mereka pada akhirnya mengacungi jempol, sebagian di antaranya bahkan mengikuti jejak Dawam yang juga sebagai pengusaha perbengkelan kapal di sebuah kota kecil di pantai utara Jawa Tengah.
“Ingat, niat, semangat adalah suatu hal. Tapi hal lain yang lebih penting adalah jangan sekali-kali merendahkan dirimu dengan bermental pengemis,” kata Dawam.
Di luar itu, lanjut dia, bakti terhadap ibu. Itulah yang utama. “Mengemislah hanya kepada Allah,” pungkas mantan ‘anjal’ alias ‘anak jalanan’ yang telah menorehkan sukses ini. (Met)    

Hidayah

Allah SWT Selalu Mengawasi


SADAR
tidak bisa mengawasi anak selama 24 jam non stop mendorong Zafira (semua nama disamarkan) mencoba menanamkan kehadiran Allah SWT dalam kehidupan kepada anak-anaknya. Ya, sedari kecil Zafira sudah menanamkan nilai ketauhidan melalui praktik sehari-hari.
Misalnya, pada suatu hari ia mencoba menjatuhkan uang Rp 10.000 di rumah. Ia tes anaknya apakah uang itu dikembalikan atau justru disimpan. Ternyata, anaknya yang saat itu duduk di bangku SMP justru menyimpan dan tidak mengembalikan uang tersebut.
Zafira tidak memarahi anaknya. Hanya saja saat makan malam, ia membuka dialog tentang Allah SWT Yang Maha Tahu. "Allah SWT itu Maha Tahu lho nak. Jadi kalian harus jadi anak yang baik dan menjalankan perintah agama setiap waktu. Sebab, Allah SWT selalu melihat tingkah laku kalian. Allah SWT juga memerintahkan malaikat untuk mencatat perbuatan baik dan buruk yang kita lakukan 24 jam setiap hari," ujar Zafira membuka perbincangan di meja makan.
Mendapat pernyataan demikian, anaknya Toni, terkaget. Setelah selesai menyantap makanan ia pun mendekati ibunya dan kemudian cerita bahwa ia baru saja menemukan uang Rp 10.000 di dekat meja tamu dan kini ia simpan. "Ini aku kembalikan bu. Aku takut Allah SWT memarahiku," ujar Toni sembari menyodorkan uang Rp 10.000.
Zafira tak marah. Ia juga meminta uang itu disimpan kembali oleh anaknya. Hanya saja Zafira lantas menasihati bahwa jika itu bukan haknya jangan diambil. Demikian halnya saat Toni berada di luar rumah, Zafira meminta agar senantiasa mematuhi perintah Allah SWT. "Ibu tidak bisa mengawasimu setiap saat. Tapi ibu yakin, kalau kamu selalu diawasi oleh Allah SWT," ujar Zafira.
Cara-cara persuasif seperti ini rupanya diterima dengan baik oleh anak-anaknya. Si sulung Toni dan si bungsu Sabrina menjadi pribadi soleh dan solehah. Di saat kawan-kawannya melakukan tindakan tidak baik seperti merokok, bolos sekolah dan ikut tawuran pelajar, anaknya memilih menjauhi hal-hal negatif tersebut.
Bahkan, Toni yang saat ini hendak masuk gerbang perkuliahan kini juga aktif mengajar Iqra anak-anak di musala tak jauh dari rumahnya. Zafira sangat bersyukur benih kebaikan yang ia tanam sejak anaknya kecil kini bisa dipetik. Mereka tumbuh menjadi orang-orang yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat. (Oin)

Kamis, 17 September 2015

Ayam Hias

Kencur dan Jahe

Sehatkan Ayam Hias

ANEKA ayam hias mempunyai penampilan khas, sehingga enak dilihat walaupun ditempatkan di kandang. Selain itu suara kokoknya yang jenis jantan mampu memberikan nuansa alami. Penempatan kandang ayam hias, selain di kompleks tempat tinggal, dapat juga kompleks bangunan lain seperti hotel ataupun wisma.
Seperti halnya saat menyambangi Wisma Aji di kawasan Jalan Ringroad Utara Sleman akan menemukan sejumlah kandang ayam hias.  Jenis ayam hiasnya, yakni bekisar, kate, ketawa, kapas, mutiara dan kalkun. Dalam satu kandang ada sepasang ayam dan sebagian sudah mau bertelur. Hanya saja setiap dierami, bahkan ada yang dicoba menggunakan mesin tetas, namun belum ada yang bisa menetas.
“Mungkin dipengaruhi faktor kandang yang kurang luas ataupun ayamnya terutama yang betina masih muda-muda,” jelas tukang kebun sekaligus perawat ayam di wisma setempat, Kliwon, kemarin.
Ditambahkan Kliwon, sampai saat ini ayam-ayam yang dirawatnya sehat-sehat dan belum pernah ada yang mati. Kiat yang diterapkan, yakni menjaga kebersihan lingkungan serta rutin member jamu terbuat dari kencur dan jahe yang direbus. Hasilnya dicampurkan pada wadah minuman. Selain itu makanannya terdiri dari campuran bekatul, beras merah dan jagung juga dicampur produk vitamin buatan pabrik. Secara berkala diberi juga irisan sayur seperti kangkung dan sawi.
Sales manager wisma setempat, Sutrisna menjelaskan, ide adanya kandang ayam hias kompleks wisma berasal dari pemiliknya langsung. Termasuk juga yang membeli ayam-ayamnya dan untuk merawat diserahkan sepenuhnya Kliwon. Ia sendiri mengaku adanya kokok-kokok ayam kian menambah suasana alami serta kekhasan wisma setempat. (Yan) 

                                                                              MERAPI-SULISTYANTO
Ayam-ayam hias yang berada di kompleks Wisma Aji.

BREEDER KUCING BENGAL

Motif Totol Berharga Puluhan Juta


PERTAMA kali melihat binatang satu ini pasti mengira jika ada seekor anak macan berkeliaran bebas. Tetapi jangan khawatir, 'anak macan' satu ini tidak buas apalagi menggigit. Karena anak macan imut ini adalah seekor kucing Bengal. Motif bulunya yang menyerupai macan ini pula yang menyebabkan kucing bengal berumur empat bulan bisa menembus angka Rp 35 juta.
Satu-satunya pembiak kucing bengal di Yogyakarta, Rio Boaz Wibowo (33) mengatakan anakan kucing bengal miliknya biasa dijual berdasarkan tiga kategori. Untuk kucing bengal kualitas breed (ternak) dijual seharga Rp 15 juta. Sedangkan untuk kualitas show dijual di atas Rp 30 juta dan kualitas top show bisa mencapai lebih dari Rp 35 juta. "Kalau yang kualitas top show sudah mendekati sempurna, marking atau motif bulunya tajam, anatomi tubuhnya juga bagus dan karakternya juga jinak," papar Rio saat ditemui di pet shop miliknya di Jalan Nglaren Sari, Condongcatur, Depok, Sleman baru-baru ini.
Ayah dari satu putri cantik ini mengaku sejak tahun 2010 sudah bergabung ke Indonesian Cat Association. Baru kemudian pada tahun 2011 menjadi breeder kucing bengal. Tapi selain kucing bengal, kala itu Rio masih membiakkan pula beberapa kucing ras lain seperti Persia, Maine Coon, Sphynx, Eksotik. Hingga akhirnya pada tahun 2013, Rio benar-benar fokus hanya membiakkan kucing bengal.
"Awalnya malah tidak melihat uang yang dihasilkan atau kucing jenis ini bakal disukai pasar. Tapi saya passionnya justru ke bengal karena kesannya lebih gagah. Apalagi dulu saya juga pengen memelihara macan kecil," papar Rio.
Untuk mendapatkan anakan berkualitas, Rio mendatangkan sejumlah indukan langsung dari beberapa negara seperti Jerman, Rusia dan Malaysia. Harga indukan paling mahal yang pernah dibelinya sebesar Rp 70 juta. Saat ini Rio memiliki sembilan indukan yang terdiri dari enam betina dan tiga ekor pejantan. Sedangkan anakannya baru ada empat ekor.
Harganya yang relatif mahal ini menyebabkan anakan kucing bengal dibeli oleh orang-orang dari kalangan menengah ke atas. Salah satunya seorang dekan di UGM, seorang dokter di Bethesda dan beberapa pengusaha.  Adapula pembeli dari luar Yogya. Selama ini Rio pernah juga mengirim ke Bandung, Jakarta, Surabaya, Trenggalek dan yang terdekat yakni pembeli dari Klaten. "Biasanya sudah pada inden sejak umur dua bulan, tapi saya biasa memberikan ke pembeli ketika usia empat bulan. Di usia segitu sudah diberikan dua kali vaksin," ungkap Rio.
Rio menambahkan sekali melahirkan kucing bengal bisa langsung 3-4 ekor. Tapi kucing ini cukup pintar karena proses melahirkannya tidak perlu ditunggu pemiliknya. Kucing bengal ini, lanjut Rio, termasuk kucing yang jarang sakit. Salah satu kucing yang diimpor dari Jerman pun tidak bermasalah meski mengalami perubahan cuaca dari Jerman ke Indonesia. Selain itu perawatannya juga cukup mudah karena bulunya tergolong bulu pendek. Sehingga tidak membutuhkan waktu ekstra untuk menyisiri bulunya. Mengusung nama 'Sweet Robo Cattery' Rio biasa menjual anakan bengal dengan kualitas jempol. Selain itu indukan miliknya juga pernah menyabet sejumlah penghargaan di beberapa daerah. Belum lama ini, kucing bengal miliknya menjuarai Internasional Cat Show yang diselenggarakan di UKDW. Sedangkan penghargaan Best In Show juga pernah diraihnya dalam perlombaan di Yogya dan Solo. "Biasanya saya ikut lomba di wilayah Jawa Timur, seperti di Surabaya, Madiun dan Malang. Besok bulan Desember rencana mau ikut lomba ke Jakarta dan Bandung," beber pria kelahiran Yogyakarta, 7 Juni 1982 ini. (Tiw) 

                                                                    MERAPI - MAHAR PRASTIWI
Rio Boaz Wibowo saat mengajak bermain kucing bengal miliknya.

Deku Mania Antusias Ikuti Latber

JELANG PIALA RAJA

LATIHAN bersama (latber) burung derkuku rutin digelar di lapangan Kumendaman Yogya setiap Rabu. Selain itu secara berkala juga digelar latber termasuk ketika akan diadakan even besar, misalnya lomba tingkat regional dan nasional. Seperti halnya, kemarin, deku mania dari berbagai tempat mengikuti latber di lapangan Kumendaman.
Menurut panitia latber Prashadi, even ini diikuti 60 derkuku terbagi dalam kelas Pemula, Yunior dan Senior. Antusiasnya deku mania mengikuti lomba ini antara lain sebagai ajang pemanasan lomba derkuku tingkat nasional Piala Raja Hamengku Buwono Cup IV 2015 yang akan dilaksanakan di Alun-alun Selatan Kraton Yogyakarta, Minggu (20/9) mendatang.  Tim coordinator juri/juri yang diturunkan dalam latber ini, yakni Sukir, Tanto, Arif, Ali, Pono dan Guntur.
“Latber sekarang ini sebagai panitia intinya dari Persatuan Pelestari Derkuku Seluruh Indonesia –PPDSI Pengcab Kota Yogyakarta,” ungkap Pras saat ditemui di sela-sela latber tersebut.
Usai latber, sebutnya, masih disusul pembagian aneka doorprize. Setelah itu segenap deku mania mengumpulkan uang seikhlasnya lalu dibawa ke tempat salah satu juri derkuku, Aris Petruk di Kotagede yang sedang menderita sakit. Ini sebagai salah satu wujud kebersamaan dan kesetiakawanan keluarga besar deku mania. Beberapa senior deku mania pun hadir dalam kesempatan ini seperti Sumali dan Pawindro.
Adapun derkuku yang terpilih menjadi juara I sampai III Kelas Senior dalam kesempatan ini diraih derkuku hasil peternakan B2W asal Godean Sleman. Lain halnya juara I sampai II di Kelas Yunior, yakni Satria – Mazid (Kotagede) dan Suara Nusantara – E’ok (Giwangan) .  Juara I sampai III Kelas Pemula, Srikandi – Sumali (Kotagede), Cantik – Prashadi (Giwangan) dan Messi – Bambang HW (Solo).
Warsito yang akrab disapa Gendut sebagai perawat Messi menjelaskan, Messi sudah siap diikutkan di ajang Piala Raja.  Perawatan penting yang dilakukan seperti  penjemuran dan memandikan secara rutin. Jenis pakan yang diberikan seperti milet putih, beras merah,  ketan hitam dan gabah Bangkok. Selain itu biasa diikutkan latber maupun lomba agar mentalnya lebih kuat ketika digantang bersama derkuku lainnya. (Yan)
                                                                                MERAPI-SULISTYANTO
Sebagian deku mania yang derkukunya terpilih juara dalam latber pra Piala Raja.

Gula Jawa

Produski Tak Terpengaruh Situasi Ekonomi





PARA pelaku industri kecil menengah yang memproduksi gula jawa jahe asal Dusun Kerto Desa Pleret, Kabupaten Bantul, mengaku tidak terpengaruh dengan situasi ekonomi nasional saat ini. Karena bahan baku utama seperti gula merah, gula pasir, jahe serta rempah-rempah diambil dari pemasok sekitar.
"Bahan baku untuk membuat gula jawa ini semua menggunakan produk dalam negeri yang bisa diambil dari lokal, sehingga tidak berpengaruh dengan pelemahan ekonomi saat ini," kata Nur Habibah salah seorang pembuat Asal Desa Pleret belum lama ini.
Menurut Habibah, bahan baku berupa gula merah ia datangkan dari Kebumen, Jawa Tengah sementara jahe dan rempah-rempah dari produsen di wilayah Kecamatan Imogiri Bantul, yang harganya lebih murah karena tidak mengalami perubahan harga akibat pelemahan ekonomi.
"Untuk harga maupun ketersediaan bahan baku tidak masalah, karena saya sudah ada kerja sama dengan perajin Kebumen," kata Habibah.
Kendati begitu ibu rumah tangga yang sudah menggeluti usaha sejak tahun 2006 ini mengaku ada penurunan daya beli masyarakat. "Untuk pemasaran memang ada penurunan permintaan pesanan dari langganan, saat ini permintaan pesanan sekitar satu sampai dua kuintal per hari, kalau sebelumnya rata-rata bisa di atas dua kuintal," ujar Habibah.
Menurut dia, produksinya tergantung pesanan dari pelanggan yang datang dari berbagai daerah, dengan harga jual rata-rata Rp 7.000 ribu per kemasan berisi 8 buah, sedangkan untuk kiloan dijual dengan harga Rp 20 ribu per kilogram.
Industri yang sudah berjalan selama 9 tahun ini mampu mempekerjakan 13 orang di bagian produksi. Sedang tenaga kerja borongan di bagian pengemasan lima orang. Dalam memasarkan produknya Habibah melakukan penjualan melalui para distributor dan pembelian langsung secara online. (C-2)

Hidayah

Malu Tak Bisa Kurban


WAJAH sumringah tampak pada wajah Mbah Suminem (semua nama disamarkan). Bagamana tidak, setelah dua tahun menabung, tahun ini akhirnya dia bisa berkurban. Saban hari ia menyisihkan uang Rp 2.000 hingga Rp 5.000 dari keuntungannya berdagang sayuran keliling. Kurban ini ia lakukan karena semata-mata sebagai wujud terima kasih kepada Allah SWT atas banyaknya kenikmatan yang telah ia peroleh selama ini.
"Nikmat Islam dan sehat adalah yang utama. Ini yang kadang tidak disadari oleh orang. Memang kita tergolong pas-pasan. Keuntungan sehari-hari hanya bisa buat makan. Tapi, nikmat sehat dan iman yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita, patut disyukuri," ujar Suminem ketika ditanya cucunya yang sudah kelas 1 SMA, mengapa harus kurban padahal ekonomi pas-pasan.
Ia pun dengan mantap hati membawa hewan kurban ke masjid tak jauh dari rumahnya. Saat jalan itu lah ia bertemu dengan Karyo, tetangganya seorang pegawai kantoran. "Mau di bawa ke mana Mbah Suminem, kambingnya?" tanya Karyo.
Suminem pun menjelaskan bahwa hewan tersebut akan dikurbankan pada Idul Adha besok. Karyo kaget bukan kepalang setelah tahu bahwa hewan kurban tersebut milik Mbah Suminem. Ia malu lantaran Mbah Suminem yang dari segi ekonomi kalah dibandingkan Karyo tapi bisa berkurban. Semantara Karyo yang pegawai kantoran belum pernah menyembelih kambing saat Idul Adha. Apa daya, uang puluhan juta yang kemarin ia simpan sudah dipergunakan untuk membayar biaya kuliah anaknya yang masuk universitas tahun ini. Ia sudah tak mempunyai uang lagi kecuali uang untuk kebutuhan dasar keluarga bulan ini.
Penyesalan tergurat dari raut Wajah Karyo setelah tahu pula bahwa Mbah Suminem bisa membeli hewan kurban lantaran menabung setiap hari. "Alon-alon Nak Karyo menabungnya. Yang penting sampai dan bisa buat berkurban," ujar Mbah Suminem menutup pembicaraan sembari melanjutkan perjalanan ke masjid.
Untuk mengobati rasa kecewa dan malu lantaran tak bisa kurban, ia pun menyisihkan uang Rp 100.000 dan diserahkan kepada takmir masjid untuk biaya operasional pelaksanaan penyembelihan hewan.
Esok harinya ia mulai mengikuti cara Mbah Suminem yakni menabung tiap hari agar bisa menyembelih hewan kurban. "Ya Allah, semoga Engkau melancarkan dalam aku menabung untuk membeli hewan kurban," batin Karyo merapal doa. (Oin)

Minggu, 13 September 2015

Hidayah

Keikhlasan Guru Ngaji

Berbonus ke Tanah Suci

ANEH memang, seringkali orang-orang berani membayar relatif mahal kepada guru privat bahasa Inggris. Sebaliknya mereka membayar ala kadarnya kepada guru ngaji. Di sisi lain guru ngaji pun tidak pernah menentukan tarif ketika ia memberikan amalannya kepada siapa pun yang belajar mengaji kepadanya.
Seperti halnya guru ngaji Umi Solehah (39, samaran) selalu berlapang hati manakala kepadanya diberikan sekadar ‘uang lelah’ mengajar mengaji anak-anak kampung, maupun anak perorangan (privat).
“Dikasih syukur, tidak dikasih juga ndak mengapa,” ujar Umi suatu ketika menjawab sentilan Sohibnya, Badriyah (36, samaran).
Sentilan Badriyah tak menggoyahkan keikhlasan. Umi setiap hari mengajar mengaji anak-anak. Kegiatan yang telah diakukan bertahun-tahun itu memang tak membuatnya kaya. Hidup apa adanya bersama suami pedagang burung di setiap hari pasaran di berbagai pasar.
“Terus sampai kapan kamu mau begitu? Lihat tuh Ningsih (33, samaran) menjadi guru les Bahasa Inggris selama 5 tahun tapi sudah punya mobil,” kejar Badriyah.
Tapi Umi bergeming. Baginya, menjadi guru ngaji bukan untuk memperoleh kekayaan. Tapi bagian dari ibadah dan kerja sosial. Itulah satu-satunya ‘kebanggaan’ yang dimiliki alumnus Madrasah Aliyah ini.
Selain mengajar ngaji anak-anak kampung, dia pun sudi mengonthel sepedanya menuju rumah-rumah mewah. Di dalam rumah mewah itulah ia mengajar ngaji anak-anak pejabat lokal. Lebih dari lima pejabat menggunakan jasanya untuk mengajar mengaji anak-anaknya secara begiliran.
Seminggu tiga kali, rata-rata mereka hanya memberikan uang jasa Rp 20.000-Rp 30.000 setiap kali kedatangannya.
“Nah tuh bayangkan, sekali datang cuma Rp 20.000. Padahal harus ngonthel. Mbok kamu pasang tarif, gitu loh,” goda Badriyah pada kesempatan lain.
Badriyah selalu menggoda, seakan tidak terima jika sohibnya diperlakukan para pengguna jasa sedemikian murahnya. Namun lagi-lagi, Umi hanya senyum manakala diingatkan begitu.
“Sudahlah. Jangan bandingkan saya dengan kiai kondang dan lain-lainnya. Saya cuma guru ngaji biasa. Saya sudah sangat bangga dan bahagia bisa memberikan ilmu kepada orang lain. Karena hanya dengan inilah saya merasa menjadi manusia. Dan ingat, tuhan maha bijak,” agak diplomatis jawaban Umi.
***
Umi terus mengaji di sela-sela kesibukan lain setiap harinya membantu membersihkan sangkar-sangkar burung dagangan suaminya. Anak-anaknya pun tetap terjaga pendidikan formil dan moralnya karena selalu dalam pengawasan dirinya.
Hingga suatu hari tiada disangka datang kepadanya sepasang suami istri pebisnis jamu impor, Badrun dan Badi’ah (samara). Mereka meminta Umi mengajar ngaji  3 anak mereka yang masih SD, setiap hari sehabis magrib.
Tanpa disangka, Umi memperoleh bayaran Rp 5 juta sebulan. “Subhanallah…” gumamnya sembari meneteskan airmata.
Peristiwa lima tahun lalu ini sangat menginspirasi sejumlah orang yang menggunakan jasanya. Diam-diam mereka merasa malu memberikan hanya sedikit uang jasa ngaji. Mereka perlahan membayar agak besar uang jasa itu kepada Umi.
“Alhamdulillah, Alhamdulillah. Maha besar Allah,” ucap Umi ditimpali suaminya ketika suatu hari Badrun dan Badi’ah, pasangan suami istri pengusaha tadi menyatakan segera memberangkatkan ibadah haji.
Ya, Umi dan suaminya diberangkatkan gratis menunaikan ibadah haji. Sepulang dari saja, mereka beroleh kecerahan hidup secara moril maupun materiil. Memperoleh tambahan modal dan memperbesar penangkaran burung, berikut kios pakan dan sangkar burung yang berkembang cabangnya di sudut-sudut kota. Hingga kini, dan mungkin hingga nanti. (Met)    

Jagal Hewan Kurban

 Tak Sekadar Menyembelih 

Perayaan Idul Adha tinggal hitungan hari lagi. Tak heran jika  pedagang hewan kurban telah menjamur di berbagai lahan kosong dan di pinggir jalan yang dijadikan pasar dadakan. Semakin banyaknya penjualan hewan kurban, disebabkan meningkatnya permintaan konsumen di Yogyakarta menjelang Idul Adha. Selain itu, sang penjagal (penyembelih) hewan kurban juga telah siap-siap untuk ketiban rezeki tahunan ini.
KEBERADAAN penjagal memang sangat vital setiap tiba Idul Adha. Maklum, melakukan penyembelihan hewan kurban seperti kambing, sapi, kerbau atau onta bukanlah hal sepele. Membutuhkan ketrampilan. Tak sekadar merobohkan hewan yang hendak disembelih lalu memotong leher menggunakan pisau atau pedang saja. Namun ternyata, menjadi penjagal hewan kurban atau hewan untuk dikonsumsi dagingnya harus tahu caranya, di antaranya meliputi cara penyembelihan atau penjagalan, pengulitan hingga pemilahan daging.
Tak pelak, untuk mendapat penjagal yang terampil biasanya sejumlah wilayah menggelar pelatihan penanganan hewan kurban bagi para penjagal hewan menghadapi Idul Adha. Tentu saja, tujuan dilakukannya kegiatan pelatihan tersebut agar pelaksanaan penyembelihan hewan kurban sesuai syariat Islam dan memenuhi unsur kesehatan.
Hal ini diakui dan dibenarkan oleh Maman (60), yang boleh dibilang sebagai penjagal senior karena sudah lebih dari 30 tahun menjalani profesi sebagai penjagal hewan (kambing dan sapi), bahwa menyembelih hewan kurban maupun hewan untuk dikonsumsi dagingnya butuh kemampuan dan ketrampilan memadai, sesuai syariat dan hukum Islam sekaligus aman bagi kesehatan.
Pria ini juga mengakui menjadi seorang penjagal atau penyembelih sapi adalah kebanggaan tersendiri. Menjadi penjagal itu tidak mudah karena harus mempertaruhkan nyawa setiap menyembelih hewan. Maklum, hewan yang hendak disembelih tidak sedikit yang memberontak, utamanya hewan yang besar seperti sapi dan kerbau. Untuk dapat merobohkannya kemudian mencencangnya dengan tali bukanlah pekerjaan mudah. Tidak sedikit penjagal yang justru cedera, bahkan ada yang meninggal akibat sepakkan (tendangan) kaki atau juga serudukan yang cukup kuat dari seekor sapi atau kerbau.
Sementara, kemampuan dan keahlian menyembelih hewan bagi para penjagal banyak yang  merupakan keahlian warisan dari keluarga-keluarga sebelumnya atau juga mengikuti pelatihan. Tak ayal, sosok penjagal dinilai adalah orang-orang yang sangat paham bagaimana menyembelih hewan kurban atau hewan yang dikonsumsi dagingnya sesuai syariat Islam tersebut.
Tak heran, panitia-panitia Idul Adha mulai banyak yang memburu para penjagal. Tidak sedikit yang kemudian mengontrak penjagal yang sebelumnya bekerja di tempat penjagalan hewan. Dan untuk melaksanakan penyembelihan hewan itu, biasanya mereka menerima uang jasa dari panitia.
Ada sebagian yang menilai, profesi sebagai jagal atau jazzar tentu harus dihargai jasanya. Sebab kalau tidak ada jagal, orang-orang yang awam dan tidak paham urusan menyembelih hewan akan mendapatkan kesulitan. Walaupun mungkin dikerjakan bersama-sama dalam satu team, tetapi tetap saja akan kerepotan.
"Walaupun suatu panitia penyembelihan hewan kurban terdiri dari banyak personal, tetap saja mereka butuh jagal yang profesional untuk mengerjakannya. Kami tidak mungkin mampu melakukan penyembelihan, pengulitan dan pemotongan daging maupun tulang dalam waktu cepat dengan jumlah hewan yang cukup banyak. Kami tetap membutuhkan para penjagal itu. Bila kemudian memberi uang jasa, sangatlah wajar," terang Fauzan (46) Ketua Panitia Penyembelihan hewan kurban Idul Adha 1436 H di Kentungan, Sleman.
Ditambahkannya, untuk jasanya itu, para jagal ini bukan sekedar pantas menerima upah, tetapi justru wajib diberi upah yang sepadan sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya. Sebab mereka telah bekerja dengan mengerahkan tenaga dan waktunya, maka wajib bagi panitia atau orang yang memakai jasa jagal untuk memberi mereka upah atas keringatnya.
"Untuk itu, sejak awal harus sudah ada kesepakatan antara panitia dan jagal tentang berapa tarif yang dia minta. Juga harus secara tegas disebutkan, apakah tugas jagal itu hanya sebatas merobohkan hewan dan menyembelih saja, ataukah diteruskan dengan menguliti, memotong, mencincang, hingga menimbang dan memasukkannya ke kantong-kantong siap untuk didistribusikan, smua harus disepakati diawal," sambungnya.  (C-3/Fin)

Hidayah

Senantiasa Buat

Ortu Tersenyum

SEBAGAI anak seorang pensiunan pejabat pemerintah daerah, Winda (semua nama disamarkan) tidak seberuntung orangtuanya. Berulang kali mendaftar sebagai pegawai negeri sipil (PNS), dewi fortuna rupanya tak berpihak kepada dia. Lantaran sudah mencoba selama 4 kali dan tak lolos, Winda memilih mendaftar sebagai pegawai swasta dan kemudian diterima.
Penghasilan dia tak seberapa. Hanya cukup untuk hidup sebulan. Untung dua tahun setelah bekerja, ia dipinang oleh lelaki pujaan hatinya. Dengan demikian, kehidupannya ditanggung oleh suaminya. Winda tetap bekerja di perusahaan untuk menambah penghasilan bulanan.
Wajarnya seorang anak kepada orangtua yang sudah pensiun, memberi uang tiap bulan. Tapi karena orangtua Winda tergolong berada, mereka tak bersedia diberi uang. "Sudahlah uang itu untuk cucuku saja. Yang penting keluargamu dulu. Tidak usah memikirkan kami. Meskipun sudah pensiun, kan ada bisnis peternakan yang bapak rintis sejak masih muda," kata Wiryono, orangtua Winda.
Melihat orangtuanya yang demikian baik membuat Winda mencoba untuk menjadi anak yang berbakti. Ia berupaya keras untuk menjaga perasaan orangtuanya. Winda berusaha agar orangtuanya selalu bahagia melihat keluarganya.
Ia juga tak pernah membantah permintaan orangtuanya, asal tidak bertentangan dengan agama. Pernah suatu malam orangtuanya mengalami diare. Wiryono lantas menghubungi Winda. Dengan sigap, ia bersama suaminya segera ke apotek untuk membeli obat dan kemudian mengirimkan ke rumah orangtuanya.
Setiap pekan ia juga selalu memboyong kedua anaknya ke rumah. Harapannya bisa memberikan kebahagiaan bercengkrama dengan cucu. Winda juga berupaya menyelesaikan berbagai persoalan orangtuanya seperti mengurus syarat administratif pensiun dan lain sebagianya.
Upaya-upaya kecil untuk tak membuat orangtua sedih membuat Wiryono bahagia di hari tua. Walau Winda tak bisa memberi materi, dengan kehangatan dan kasih sayang anak kepada orangtua, membuat Wiryono senantiasa tersenyum.
"Kamu bisa perhatian seperti ini, bapak sudah sangat senang. Orangtua itu sudah sangat bahagia melihat keluargamu baik. Itu sudah lebih dari cukup," ujar Wiryono ketika makan camilan di ruang tamu bersama Winda dan keluarganya. 
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS Al Isra:23) (Oin)

Jumat, 11 September 2015

Ketoprak

Yang Konvensional Mulai Ditinggalkan

Butuh Sentuhan Modernisasi

KETOPRAK atau jenis pertunjukan kesenian drama tradisional Jawa merupakan salah satu kesenian khas Indonesia yang mudah di temui di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pertunjukan ketoprak merupakan jenis pertunjukan lelakon yang banyak menampilkan adegan-adegan lucu yang mengundang bahak tawa.
Kesenian ini merupakan jenis kesenian dimana dalam pementasannya tidak terikat pakem-pakem yang tidak boleh dirubah, sehingga para lakon bisa dengan mudah berekspresi sesuai kemampuan mereka. Namun seiring perkembangan zaman, seni ketoprak konvensional mulai dilupakan masyarakat, mereka lebih memilih ketoprak moderen karena dinilai lebih sesuai dengan arus moderenisasi.
"Saat ini masyarakat sudah tidak terlalu tertarik pada pentas-pentas ketoprak tradisional, mereka lebih suka melihat pentas ketoprak modern yang dibalut humor," kata Angger Sukisno, saat mengelar workshop ketoprak di Desa Selopamiro Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul.
Menurut Angger, ketertarikan masyarakat pada seni ketoprak modern adalah hal yang wajar, namun hal itu berakibat pada penolakan terhadap ketoprak konvensional, padahal menurutnya ketoprak konvensional saat ini sebenarnya sudah mulai berubah tanpa meninggalkan pakem.
Oleh karena itu, diperlukan upaya serius untuk menjaga kelestarian ketoprak konvensional supaya tetap terjaga. Salah satunya adalah dengan membentuk sebuah wadah bagi komunitas-komunitas ketoprak supaya mereka dapat terus berkarya.
"Untuk melestarikan seni tradisi seperti ketoprak, diperlukan kesamaan visi dari berbagai pihak, wadah bersama bagi komunitas ketoprak akan menjadi kekuatan bagi seniman ketoprak untuk menyalurkan aspirasi," katanya.
Angger mencontohkan, untuk ketoprak humor yang banyak ditayangkan televisi tidak terlalu berpengaruh pada perkembangan seni ketoprak secara umum. Menurut dia, upaya pelestarian ketoprak dapat dilakukan dengan penanaman nilai-nilai seni di kalangan generasi muda dan pelajar sebagai cara untuk menumbuhkan minat mereka pada seni tradisional.
"Dengan penanaman minat pada generasi muda, regenerasi seniman tradisi akan berjalan dan seni tradisional tak akan mati," katanya.
Angger juga menekan, bahwa untuk pementasan kethoprak harus diperhatikan beberapa hal antara lain durasi pementasan, adegan harus ditata supaya tidak terlalu panjang, iringan harus disamakan dengan adegan, karena iringan itu hanya bersifat ilustrasi atau pengiring maka jangan sampai mengurangi bobot adegan.
"Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah, penabuh kenthongan juga harus dirasakan dan dipergunakan semestinya agar tidak mengalahkan instrumen baku, rias dan kostum harus diselaraskan dengan adegannya sehingga dalam pementasan akan lebih mewah dan hidup," katanya. (C-2)

Hidayah

Bisnis Tanpa Jimat

SEORANG penjual tampak menaburkan bunga di tempat usahanya. Tangannya kemudian memercikkan air mengelilingi gerobak yang akan digunakan untuk menjual makanan. Sejurus kemudian mulutnya komat-kamit merapal mantra.
Wadi (semua nama disamarkan) menggelengkan kepala. Ia beristighfar melihat fenomena itu. Di sepanjang jalan besar itu memang banyak penjual. Dari makanan kecil hingga makanan berat pengenyang perut. Sebagian pedagang menggunakan cara-cara yang bertentangan dengan agama, yakni mencari dukun untuk mendapatkan jimat pelaris.
"Kita istikamah saja mencari rezeki dengan cara yang halal. Tidak usah ikut-ikutan cara seperti itu," ujar istrinya, Aminah, mengingatkan.
Wadi bersama istrinya menjual aneka gorengan. Untuk menyikapi rekan sesama pedagang yang menggunakan cara keliru itu, Wadi memperbanyak berzikir, beristighfar dan bersalawat usai salat. Ia berdagang dari pukul 07.00 hingga pukul 17.00. Setiap kali azan berkumandang, ia akan meninggalkan lapaknya untuk mendirikan salat lima waktu berjemaah di masjid. Sementara yang jaga dagangan adalah istrinya. Minimal ia salat adalah 15 menit. Waktu sepanjang itu ia gunakan untuk mengingat Allah SWT. Ia yakin jika dagang sembari mengingat Allah SWT maka dagangannya laris.
"Ikut saya saja. Nanti daganganmu akan laris. Biayanya nggak mahal kok," ajak Kirman, salah satu pedagang yang menggunakan jimat saat dagang. Dengan nada halus Wadi menolak ajakan temannya itu.
Keyakinannya akan kekuatan Allah SWT sebagai Tuhan pemberi rezeki membuat dagangannya tetap laku meski saingan sangat banyak. Selain menghidangkan sajian yang lezat, ia juga menjaga kebersihan lapaknya sehingga terlihat enak dilihat. Selain itu, ia kerap memberikan bonus gorengan untuk pelanggan.
Tak heran meski ada tiga pedagang serupa di jalan tersebut, banyak pembeli yang datang ke lapaknya. "Pak, jangan lupa, setiap hari disisihkan Rp 5.000 dimasukkan ke kotak infak masjid. Sebab, kita juga meminta air ke masjid," ujar istrinya. Jika keuntungan lebih banyak dari biasanya, maka Wadi tak sungkan memasukkan Rp 10.000 ke kotak infak masjid.
Rasa yakin dan istikamah atas rezeki dari Allah SWT membuat pembeli terus mengalir. Ia ingin mencontohkan kepada kawan-kawannya sesama pedagang bahwa dengan cara syariah, bisnis yang dijalankan akan membawa berkah dan rezeki.
Melalui pendekatan perlahan-lahan, Wadi mulai mengajak teman-temannya untuk meninggalkan cara tidak baik itu. Wadi memperkenalkan tentang ekonomi syariah dan bagaimana berdagang sesuai teladan Rasulullah SAW. Setelah melalui jalan panjang, beberapa temannya mulai mengikuti jalan yang ditempuh Wadi, meninggalkan hal-hal yang berbau syirik saat berdagang. (Oin)

Rabu, 09 September 2015

FOSIL KAYU

Dari Sumatera Beredar Hingga Pasar Eropa



FOSIL
kayu  atau ada yang menyebutnya sebagai batu sempur, proses pengerasannya mirip pembentukan mutiara pada kerang. Hanya saja senyawa mineral dalam kayu berlangsung selama ratusan sampai jutaan tahun. Fosil ini biasa ditemukan di sungai-sungai maupun di dalam tanah seperti di pegunungan dan hutan-hutan.
Sumber daya alam seperti ini dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan, misalnya dibuat menjadi wastafel, meja/bangku, piring, tempat buah dan telnan. Satu di antaranya telah diterjuni Sarjito bersama kakak iparnya sejak 2008 silam. Tempat workshopnya ada di kawasan Ngentak Seyegan Sleman. Sejak booming batu akik, sejumlah pelaku usaha di bidang akik ada yang mencari sisa-sisa fosil kayu ini.
“Mereka biasa memilih sendiri, kalau ada yang cocok dan tidak kami gunakan boleh-boleh saja dibeli,” jelas Sarjito, kemarin.
Bahan fosil kayu atau bahasa ilmiahnya petrified wood, sebut Sarjito, banyak diperolehnya dari  beberapa daerah seperti Jawa Barat, Lampung, Riau, Jambi dan Kebumen. Khususnya yang berasal dari Pulau Sumatera dikenal lebih bagus kualitasnya dan lebih keras. Setelah menjadi wujud produk kerajinan terutama meja atau bangku biasa dibanderol Rp 22.000 perkilogram. Padahal produk seperti meja kursi beratnya mulai dari 50 kilogram hingga ratusan kilogram.
Fosil kayu yang banyak dibeli terutama dari Sumatera banyak yang awalnya berada pada kedalaman tanah tiga hingga lima meter dari permukaan tanah. Wujudnya saat  ditemukan dalam bentuk yang mirip bongkahan kayu biasa ataupun masih utuh seperti bagian badan batang pohon. Alhasil, masih perlu dipotong maupun diiris sehingga menjadi wujud lempengan. Ketika dibentuk meja ada juga yang model disambung-sambung.
Ditambahkan Sarjito, bahan fosil kayu masih mentah biasa dipotong-potong dahulu menggunakan mesin serkel yang biasa untuk membelah keramik. Lalu menjalani proses lainnya seperti tahapan fleksibel atau menghilangkan guratan-guratan pisau pemotongan. Ada lagi proses pengamplasan, misalnya lima sampai enam kali pengamplasan, seperti  menggunakan amplas tipe 60, 100, 320, 500, 800, 1000 dan 1500. Tipe amplas ini dapat dibongkar-pasang dalam mesin khusus seperti gerinda.
“Sebagian produk kami sudah dibeli warga luar negeri seperti  Amerika, Itali dan Jerman lewat agen yang biasa mengekspor produk-produk kerajinan. Ada juga warga Indonesia yang memesan ke tempat kami. Kerajinan seperti ini mempunyai keunggulan seperti tampak alami, unik dan lebih awet atau bisa digunakan turun-temurun,” paparnya. (Yan)

Selasa, 08 September 2015

GREBEGAN GUNUNGAN BAKPIA

8.000 Bakpia Bakal Diperebutkan

BAKPIA merupakan salah satu ikon panganan Yogyakarta. Makanan ini, awalnya hanya dijual keliling menggunakan bakul dari kampung ke kampung sekitar Pasar Pathuk. Namun kini, panganan ini justru dicari pembeli dari seluruh Indonesia.
Untuk semakin mempopulerkan Bakpia Patok, Paguyuban Kesenian Kelurahan Ngampilan akan menyelenggarakan Bakpia Day Jilid IV pada Senin (14/9) mendatang. Acara budaya bertema 'Keanekaragaman dalam Kebersamaan Kirab Bakpia Manunggal Jathi' ini akan memperebutkan 4 kwintal bakpia atau sekitar 8.000 buah.
Koordinator Tim Kreatif, Abdon Zennen, Selasa (8/9) di Balaikota Yogya mengatakan, dalam Bakpia Day Jilid IV nanti, akan ada Grebegan Gunungan Bakpia. Gunungan bakpia terdiri dari gunungan lanang dan wadon. Gunungan lanang terdiri 4.000 bakpia dan gunungan wadon terdiri dari 2.500 bakpia. Sisanya akan ditenggok-tenggok. Selanjutnya, 2 gunungan ini akan dikirab keliling Ngampilan dan diperebutkan di lapangan bekas pabrik tegel kunci Jalan KS Tubun.
Dengan melibatkan Bregada Rakyat Mataram (BRM) yang mengenakan atribut ala prajurit kraton Yogya yang berada di barisan depan untuk membawa gunungan. Sedangkan dibelakangnya, pelaku UKM membawa merek bakpianya masing-masing. Disusul, pelaku seni klothekan, jathilan serta barongsai dan liong.
"Dalam event ini, kami memadukan budaya Jawa dan Tionghoa. Kami ingin buktikan bahwa perbedaan kultur, agama, adat, seni dan budaya tetap terbingkai dalam kebersamaan," jelas Abdon.
Selain itu, even Bakpia Day Jilid IV ini juga dilakukan untuk mengangkat pelaku UMKM Bakpia, agar dapat bersanding dengan pengusaha besar lain di wilayah Ngampilan. Sehari sebelumnya, juga akan diselenggarakan gelar UKM dan Seni Budaya. (Riz) 

                                                                                 MERAPI-NOOR RIZKA
Abdon (kiri) bersama ketua panitia Bakpia Day Jilid IV, siap melaksanakan Grebegan Gunungan Bakpia, Senin (14/9) sore.

PEMIJAHAN LOUHAN

Tunggu Hingga Terlihat Telurnya

IKAN hias louhan masih mempunyai penggemar-penggemar fanatik. Sebagian sudah bergabung dalam paguyuban atau komunitas dan memprakarsai kontes louhan di berbagai tempat. Selain itu diantara mereka juga semangat membudidayakan louhan, hasilnya dapat dijualbelikan dan yang bagus dapat dikoleksi sendiri.
Louhan koleksi dengan kualitas bagus, bahkan dapat rutin diikutkan kontes. Ketika berhasil juara, selain bisa memperoleh uang pembinaan serta piala, dapat juga memberi kebanggaan tersendiri. Hal seperti ini diakui  Wawan Kurniawan (Acong) yang membudidayakan louhan di kawasan Jalan Imogiri Timur Yogya. Bekerjasama dengan rekannya, Jong Anto, ia pun membudidayakan ikan hias lain seperti guppy dan blood red.
Menurut Acong, louhan umur tujuh sampai delapan bulan, sebenarnya sudah dipijahkan atau dikawinkan. Namun, idealnya ketika louhan jantan maupun betina sudah di atas satu tahun. Agar bisa saling kenal, sebelum dijadikan satu, biasanya akuarium disekat dahulu menggunakan kaca. Setelah saling kenal, sekat dibuka pada sore hari dan pada malam hari diharapkan terjadi perkawinan. Di dalam akuarium telah disediakan juga cobek yang dapat digunakan untuk menempatkan telur-telur louhan.
“Pagi hari ketika sudah terlihat telur-telur, pejantan dan betina louhan segera diambil atau proses pemijahan sepasang louhan sudah selesai. Betina ukuran besar dan bagus dapat menghasilkan sampai ribuan telur, sedangkan yang jenis biasa dapat menghasilkan ratusan telur,” ungkapnya, kemarin.
Dalam waktu sekitar 48 jam, lanjut Acong, telur-telur mulai menetas dan dalam tiga hari tak perlu diberi pakan.  Selepas umur tiga hari, pakan yang diberikan cukup kutu air ataupun artemia. Lalu setelah umur dua minggu, bibit louhan sudah dapat diberi cacing sutera maupun pelet ukuran kecil buatan pabrik.  Saat ukuran badannya kisaran dua jari, louhan sudah dapat disortir mana saja kualitas bagus serta kurang bagus.
“Faktor penting yang mendukung kualitas louhan, yaitu bagian nonongnya, bentuk tubuh, komposisi sirip dan mutiara pada sisik. Beberapa jenis louhan, marking pada tubuh juga ikut menentukan kualitas louhan,” tandasnya.
Menurutnya, bibit louhan kualitas biasa sampai bagus saat ini dibanderol antara Rp 50.000 sampai  Rp 200.000 perekor.  Umur sekitar 2,5 bulan atau ukurannya dua jari. Ketika ada yang kualitas istimewa, harga akan dibanderol lebih mahal bahkan akan dikoleksi sendiri. Ketika tidak dikawinkan, louhan yang dicampur unthul atau jenis ikan lain, akan mampu mendukung  tingkat andrenalinnya bagus dan berpengaruh pada warna maupun nonong louhan. (Yan)

                                                                               MERAPI-SULISTYANTO
Sepasang louhan dalam tahap awal pemijahan.

Sapi 1,2 Ton dari Magelang

Sudah Ditawar Rp 60 Juta

MESKI sudah ditawar dengan harga Rp 60 juta, namun Nur Waluyo dari Dusun Gowok Desa Polengan Kecamatan Srumbung Magelang tetap belum mau menyerahkan sapi Simental-nya yang memiliki berat badan sekitar 1,2 ton.
Ditemui wartawan di kandang ternaknya Selasa (8/9), Nur Waluyo mengatakan, sapi ini dibeli
di Pasar Hewan Muntilan sekitar 14 bulan lalu. Saat itu berat badannya sekitar 625 Kg dengan harga Rp 23 juta. Lewat pemeliharaan yang telaten dan pemberian makanan rata-rata senilai Rp 25 ribu setiap harinya, berupa rumput. Ini setara dengan 10 persen dari berat badannya. Selain makanan ternak, sapi ini juga senang makan ketela pohon, pepaya, semangka maupun jenis buah-buahan lainnya.
"Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan agar ternak sapi dapat sehat dan cepat
gemuk, salah satunya adalah kondisinya harus tenang dan nyaman. Kandangnya pun harus bersih. Selain itu waktu pemberian makan setiap harinya harus tepat dan rutin, jangan acak-acakan waktunya," jelas Waluyo.
Menurutnya, jika pemberian makan setiap harinya pukul 07.00 dan 16.00, rutinitas itu yang harus dilakukan. "Jangan berubah-ubah, jadi harus tepat waktu. Selain itu, kita juga harus sesering mungkin mengelus-elus badannya menggunakan sikat, yang biasa dipakai untuk membersihkan tubuh hewan. Ini akan menyebabkan, sapi menjadi kuthuk atau jinak," terang Waluyo.
Sejak kecil Waluyo memang sudah mengenal beternak sapi, ini karena dulu orangtua Waluyo juga seorang peternak. Kemampuan orangtuanya memelihara sapi nampaknya menurun padanya, hingga sekarang ini beternak sapi terus dilakukan. "Hanya saja sejak empat tahun terakhir ini saya justru menggeluti ternak sapi jenis jumbo," tambah Waluyo.
Sesuai namanya, jumbo, berat badan sapi yang dipeliharanya rata-rata di atas 600 kg. Selain itu, Waluyo juga memiliki sapi dengan berat badan 800 kg jenis Limousin. Dan yang paling fenomenal adalah Simental ini, dengan berat badan sekitar 1,2 ton.
Saking beratnya, tidak sembarangan kendaraan dipilih untuk mengangkutnya. Kendaraan yang akan dipakai hendaknya yang benar-benar kuat. Kalau biasanya mengangkut 3-4 ekor sapi, mengangkut Simental hanya bisa mengangkut 2 ekor saja. Untuk membawanya keluar dari kandang pun tidak cukup hanya 1 orang, ini mengingat tenaga Simental sangat kuat. (Ham)






                                                                                      MERAPI-M THOHA
Nur Waluyo (kiri) bersama Simental yang memiliki berat sekitar 1,2 ton.

Sapi Berkaki Dua

Dijual Lantaran Kuwalahan Merawat

SLEMAN (MERAPI) - Anak sapi berkaki dua menghebohkan warga Bragasan RT 01 RW 13 Trihanggo, Gamping, Sleman baru-baru ini. Pemiliknya Sutris (30) mengaku tidak mendapat firasat apa-apa jika sapinya akan melahirkan anak sapi berkaki dua. Meski memiliki anak sapi yang terbilang unik tapi Sutris memilih menjualnya karena kuwalahan merawat bayi sapi jantan tersebut.
Ditemui di rumahnya, pria berambut gondrong ini mengatakan jika induk sapi melahirkan pada Sabtu (6/9) sekitar pukul 05.00. Meski anak sapi terlahir hanya dengan dua kaki di bagian belakang tetapi induknya bisa melahirkan tanpa bantuan.
"Awalnya kaget kok kakinya cuma dua. Padahal dua sapi sebelumnya kondisinya normal," papar Sutris kepada Merapi, Selasa (8/9).
Setelah tahu anak sapinya cacat, Sutris mencoba menghubungi dokter hewan terdekat. Tetapi menurut hasil pemeriksaan dokter kondisi kesehatannya sangat baik. Hanya saja sapi tersebut cacat karena memiliki dua kaki. Menurut Sutris bayi sapi tersebut juga cukup lahap minum susu dari induknya. Awalnya induk sapi hanya diberi makan biasa. Tetapi sejak melahirkan, Sutris memberikan pakan berupa polar hampir enam kilo tiap harinya.
"Kalau bayi sapinya karena hanya punya dua kaki kalau mau menyusui harus dibantu dengan cara diangkatnya," ungkap Sutris.
Sutris menambahkan sejak sapinya melahirkan, ia justru harus meluangkan waktu ekstra merawat bayi sapi tersebut. Paling tidak Sutris dalam sehari enam kali mengangkat bayi sapi tersebut agar bisa menyusu ke induknya. Ia pun harus rela bangun malam, pukul 22.00 dan pukul 00.00 hanya untuk membantu bayi sapi menyusui ke induknya. "Sekali menyusui paling 20 menit. Kalau terasa pegal-pegal ya sudah resiko karena berat anak sapinya mungkin ada 60 kilo," papar Sutris.
Sutris pun memutuskan akan menjual anak sapi beserta induknya sebesar Rp 60 juta. Pasalnya Sutris sudah merasa kewalahan merawat bayi sapi tersebut. "Kalau ada yang mau, saya jual saja," ucapnya. (Tiw)









                                                                         MERAPI-MAHAR PRASTIWI
Sutris membantu bayi sapi berkaki dua untuk menyusu ke induknya.

Siswi SMK N 2 Yogya ini Bernama 'Y'

GURU TAK PERCAYA, ORANGTUA DIKLARIFIKASI
 YOGYA (MERAPI) Sebagian masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kemunculan nama-nama unik dalam beberapa waktu belakangan. Misalnya nama 'Tuhan' di Banyuwangi, 'Saiton' di Sumatera Selatan hingga pria bernama Nama di Kulonprogo. Kali ini, kembali muncul nama unik. Salah seorang siswi kelas 12 di SMK N 2 Yogyakarta diberi nama satu huruf saja, yakni 'Y' oleh orangtuanya.
Anak dari Slamet Sugiyono itu mengambil jurusan Multimedia di SMK N 2 Yogyakarta. Berbagai pengalaman menarik pun sempat dialami oleh Y yang memiliki cita-cita berkuliah di jurusan informatika tersebut.
"Sering banyak orang yang tidak percaya ketika berkenalan dengan saya, sampai harus menunjukkan kartu identitas. Baru akhirnya mereka percaya dan malah tersenyum," ungkap Y ketika ditemui di SMK N 2 Yogyakarta, Selasa (8/9).
Dia menceritakan sebenarnya sang ayah dan ibu sudah menyiapkan sebuah nama. Namun saat mengurus akte kelahiran, ayahnya tiba-tiba berubah pikiran dan memutuskan memberi nama Y.
"Katanya juga karena saat saya lahir (1997) kan pas krisis," kata Y.
"Ada nama, tapi saya juga nggak tahu nama apa. Tapi pas ngurus akte, bapak bilang Y saja. Ibu juga nggak tahu ternyata diberi nama Y," imbuh anak kedua dari empat bersaudara ini.
Hingga dia duduk di sekolah dasar, Y baru menyadari namanya unik dibanding teman-temannya. Dia sering mendapat pertanyaan soal namanya dari teman dan guru.
Puteri kedua dari empat bersaudara pasangan Slamet Sugiyono dan Parjiyem ini memiliki nama yang berbeda dari tiga saudaranya yang lain. Kakak kandungnya bernama Danar Winurseto (22) sementara dua adiknya bernama Pinasthiko (15) dan Muhammad Abdul Aziz (8).
"Memang saya sendiri yang namanya unik di keluarga karena kakak dan dua adik saya namanya panjang. Mungkin bapak terlalu bahagia memperoleh anak perempuan dan berteriak girang Y (e) begitu," imbuh gadis berkerudung warga Gedongtengen Yogya tersebut.
Pihak sekolah sendiri sempat tak percaya gadis kelahiran 7 Desember 1997 tersebut memiliki nama Y. Bahkan Guru Bimbingan Konseling (BK) sampai memanggil orang tua Y untuk mengklarifikasi perihal kebenaran nama.
"Sebelumnya kami memang sempat memanggil ibu Y ke sekolah karena kami khawatir ada yang tidak benar. Namun ternyata memang benar dan kami percaya, cukup unik memang," ungkap Sudi Raharjo Guru BK SMK N 2 Yogyakarta. (M-1)

                                                                               MERAPI-HERMINANTO
Y menujukan KTP dengan nama yang sangat singkat.

Senin, 07 September 2015

REMUJUNG, TANAMAN LIAR BERKHASIAT (1)

Dapat Mengobati Nyeri Saat Kencing



TANAMAN Remujung (Orthosiphon Aristaus) selama ini dikenal sebagai tanaman liar yang dapat tumbuh di mana saja bahkan di bebatuan sekalipun. Remujung atau yang juga dikenal dengan nama Kumis Kucing ini merupakan tanaman herbal dengan ciri khas tumbuh tegak dengan  batang segi empat.
Bagian daun berbentuk bulat seperti telur dengan bunga majemuk. Selama ini orang Jawa mengenal Remujung terdapat 2 jenis dengan bunga putih dan bunga ungu. Meski tanaman liar ternyata banyak orang tua zaman dulu memanfaatkan tanaman ini sebagai obat herbal yang sangat ampuh.
Seperti penuturan Sukiman (72) warga Wonoroto Sanden Bantul yang telah lama memanfaatkan remujung sebagai obat alami. “Tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk mengatasi segala macam penyakit yang berhubungan dengan saluran kencing. Seperti nyeri saat kencing atau untuk memperlancar kencing,” ujarnya kepada Merapi, Minggu (6/9) siang.
Untuk memanfaatkan tanaman ini dapat diambil dari tanaman yang sudah cukup tua dan jangan terlalu muda. Selain itu tanaman paling tidak telah memilik bunga. Ini menunjukkan tanaman telah cukup tua dan memiliki kandungan senyawa kimia utuh.
Bila tanaman diambil dari pembibitan biasanya baru bisa dipetik  1 sampai 1,5 bulan. Pemetikan pun harus dilakukan dengan mengambil pucuk daun selanjutnya direbus dengan air. Tetapi bila ingin mengawetan untuk stok, Remujung dapat dikeringkan dengan cara dijemur sampai kering. Bila dalam kondisi kering penggunaan dapat dilakukan seperti menyedu teh.
Salah satunya remujung dapat digunakan sebagai obat peluruh kencing. Caranya dengan mengambil seperempat gemgam pucuk Remujung yang direbus dengan 1 gelas air. “Setelah tersisa setengah gelas angat dan birkan sampai dingin dan dapat segera diminum,” lanjut Sukiman menjelaskan.
Bagi yang sering mengalami nyeri saat kencing dapat memanfaatkan tanaman remujung. Resepnya dengan menyedu dan minum sejumput daun kumis kucing yang dikeringkan seperti teh. Untuk menambah khasiat dapat ditambah dengan gula aren.
Dengan meminum secara rutin pagi dan sore, bagi seseorang yang mengalami gangguan susah kencing akan hilang. Pengobatan ini banyak dimanfaatkan orang tua zaman dahulu dan kini masih dilakukan.
Selain itu, tanamanm jenis  ini juga manjursebagai obat penyakit kelamin seperti kencing bernanah ( Gonore). Cara  membuatnya adalah cucu bersih akar alang-alang dan daun kumis kucing yang akan diracik. Jumlah akar alang-alang sekitar 300 gr (3 ons) sedangkan daun kumis kucing sekitar 200 gr (2 ons). Setelah dicuci bersih, potong-potong kedua bagian tanaman tersebut menjadi potongan-potongan sedang, lalu masukkan ke dalam wadah (panci) yang berisi sekitar 2 liter air bersih yang layak minum. Rebus hingga air yang tadinya sekitar 2 liter tinggal 1 liter saja. Air rebusan tersebut diminum sebanyak 3 kali sehari hingga sembuh.
Sehingga, dengan kelebihan atau khasiat obat yang terdapat dalam tanaman ini, maka tak ada salahnya siapapun untuk memiliki sekaligus mulai menanam serta mengembangbiakkannya di rumah, kendati jenis tanaman tersebut tergolong tanaman liar. (Usa)

Kutilang

Tetap Punya Penggemar Loyal


KUTILANG adalah sejenis burung kicau dari suku Pycnonotidae. Burung yang berukuran sedang dengan panjang tubuh total sekitar 20 cm ini, meski bukan merupakan pilihan utama untuk dipelihara sebagai burung kicauan, namun kutilang punya banyak penghobi yang loyal.
Secara fisik, sisi atas punggung kutilang berwarna coklat kelabu, sisi bawah putih keabu-abuan. Bagian atas kepala, mulai dari dahi, topi dan jambul, berwarna hitam. Tungging berwarna putih, serta pantat berwarna jingga. 
"Kutilang kerap ditemui di tempat-tempat terbuka, seperti tepi jalan, kebun, pekarangan, semak belukar. Makanan utama burung ini adalah buah-buahan. Terutama buah-buahan yang lunak, ia sangat menyukainya. Seperti pepaya dan pisang. Selain pemakan buah-buahan, burung kutilang juga kerap ditemui memakan sejenis serangga, ulat dan aneka hewan kecil lainnya yang menjadi hama tanaman," ujar Chaidir Amin, salah satu penghobi burung kutilang di kawasan Jalan Kaliurang.
Menurutnya, kutilang punya sikap dan kebiasaan yang terlihat yakni, berjemur dan mandi embun setiap pagi. Hal ini bertujuan agar menjaga bulunya yang terus diminyaki.
"Burung kutilang tidaklah setenar burung kicau lainnya. Anggapan ini menjadikan burung kutilang dianggap sebelah mata oleh para penghobi burung. Namun jika para penghobi berminat menjadikan burung kutilang menjadi salah satu burung penghias, sangat tepat. Sebab pemeliharaannya tidaklah rumit," kata Chaidir.
Untuk pemula, Chaidir menyarankan agar penghobi sebaiknya memelihara burung kutilang anakan. Dengan memelihara kutilang anakan, tentu saja akan lebih mudah untuk dirawat.
Bagaimana perawatan burung kutilang?
Pakan untuk konsumsi anakan burung kutilang dapat diberikan voer dan pisang. Berikan voer dan pisang dengan berselang seling selama masa pelolohan.
Pemberian voer dilakukan dengan cara bertahap. Pada tahap awal, voer dicampur dengan air bersih dan diaduk hingga mengental. Begitu pula dengan buah pisang. Lakukan secara bertahap. Buat adonan pisang yang ditambah dengan sedikit air. Adonan ini menyerupai bubur. Pembirian voer pada anakan kutilang dilakukan sebelum pemberian makanan bubur pisang. Setalah anakan kutilang dapat makan sendiri, resep diatas diubah. Pemberina voer tanpa campuran air, begitu pula pemberian makan pisang.
"Rawatlah dengan baik anakan burung kutilang. Jangan sampai ia mati sia-sia. Setelah anakan burung kutilang dapat terbang dan mulai berkicau. Inilah saatnya dilakukan pemasteran dengan burung lain. Tentu dengan pemasteran ini, kelak jika anakan kutilang dewasa ia akan meninggalkan suara aslinya. Jika memang itu tujuan perawatan burung kutilang anakan. Tergantung bagaimana cara dan model pemasteran yang dilakukan," pungkasnya. (*)

BATU AKIK TERATAI

Banyak Diperoleh di Areal Perkebunan

DEMAM batu akik masih terus berjalan, bahkan pameran dan kontes batu semakin sering digelar di berbagai tempat. Beragam jenis batu khas suatu daerah pun banyak bermunculan. Satu di antaranya batu akik motif bunga teratai asal Jambi atau biasa disebut batu teratai. Warna dominan batunya beragam seperti  biru, merah, hijau, kuning, hitam dan ungu.
Menurut pelaku jual beli batu Agus Soleh asal Jambi dan mengontrak kios di kawasan Jalan Damai Ngaglik Sleman, batu teratai warna biru, ungu, hijau dan merah sekarang ini termasuk jarang atau agak langka keberadaannya, misalnya dari 10 ton bongkahan batu teratai belum tentu bisa mendapatkan warna tersebut. Adapun ciri khas batu ini seperti ada motif pucuk bunga teratai. Tingkat kekerasannya jika sudah mengkristal (tembus cahaya) di atas  enam skala mohs.
“Kalau belum mengkristal kisaran empat skala mohs. Meski kekerasannya sekitar empat skala mohs, jenis batu ini tetap keras, karena serat-seratnya saling mengunci,” ungkap Agus, kemarin.
Ia sendiri mengaku lebih banyak menyediakan jenis batu teratai dan fosil asal Jambi. Ada juga sejumlah batu asal Bengkulu seperti jenis raflesia.  Batu-batu dari Jambi seperti teratai banyak diperoleh di areal perkebunan kelapa sawit dan karet di Jambi. Mayoritas berada di dalam tanah dengan kedalaman antara tiga sampai 10 meter. Sebagian warga di Jambi bahkan menemukan batu ini tidak sengaja, misalnya ketika menggali tanah untuk menanam pohon. Ia pun banyak memperoleh batu ini kerjasama dengan sejumlah pihak seperti pengepul dan penambang batu resmi di Jambi.
Ditambahkan Agus, ketika batu masih wujud bahan lempengan, diameter 10 x 6 cm serta tebal 2 cm biasa dibanderol dari Rp 50.000 sampai Rp 150.000. Harga terutama dipengaruhi  kualitas dan kelangkaan batu. Batu yang sudah digosok, tanpa ring misalnya ukuran orang kantoran ( 22 x 22 x 10 mm ) rata-rata dibanderol Rp 100.000 perbiji. Khususnya batu yang masih bahan disimpan menggunakan wadah-wadah serta diberi air biasa, dengan tujuan untuk mengurangi kadar zat kapur serta bisa memperjelas motif batu.
“Baik batu sudah digosok maupun masih bahan, banyak juga  yang saya pasarkan secara online. Sebagian ada yang dibawa teman di pameran-pameran,” paparnya.
Adapun jenis batu fosil yang juga diperolehnya dari Jambi, antara lain sarang laba-laba, akar aren dan cangkang kura-kura. Lalu untuk lebih banyak menjaring konsumen, ia bekerjasama dengan rekannya, Apong menerima jasa potong dan gosok/poles batu di kiosnya. Tak jarang sampai pukul 24.00 kios masih buka, sebab warga dan rekan-rekannya ‘penggila’ masih berada di kios, seperti menunggu batu yang sedang dipoles. Ada lagi yang  sekadar ngobrol ngalor-ngidul seputar batu mulia/akik. (Yan)





KONKURS PERKUTUT

PIALA RAJA – HB CUP XXVI 2015

Irama Agung Ungguli Suara Indonesia


LOMBA atau konkurs nasional seni suara alam perkutut ‘Piala Raja - Hamengku Buwono Cup’ kembali digeber di Alun-alun Selatan Kraton Yogyakarta, Sabtu-Minggu (5-6/9). Tahun ini sudah yang ke-26 kali dan tetap menjadi konkurs bergengsi. Salah satu buktinya, kung mania dari berbagai daerah di Indonesia sangat antusias mengikuti even ini.
Laga sengit di Kelas Dewasa Senior, yakni perkutut bernama Irama Agung milik H Tohir Furi dari Bangkalan sejak babak I sampai IV berhasil mengumpulkan banyak nilai, sehingga berhasil mengungguli  Suara Indonesia Alib BF dari Surabaya.  Sedangkan juara III ditempati Marlin milik H Hidayat asal Sampang. Atas prestasi ini, pemilik Irama Agung berhak memboyong piala Mahkota Raja bergilir maupun tetap (ukuran lebih kecil).
“Perawatan Irama Agung, menurut saya biasa-biasa saja. Hanya saja dasar suaranya memang sudah bagus. Sebagai pakan tambahannya, seminggu sekali saya beri kacang hijau yang sudah direndam  air,” papar perawat Irama Agung, Kholiq, kemarin.
Sedangkan Ketua Umum Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia (P3SI)  Pusat, Mayjend (Purn) H  Zaenuri Hasyim, penyelenggaraan konkurs perkutut tingkat nasional di Yogya, Piala Raja – HB Cup selalu istimewa dan tak dimiliki di tempat lain. Satu di antaranya saat upacara pembukaan diawali dengan prosesi penyerahan Piala Mahkota Raja yang dibawa bergada prajurit Kraton Yogyakarta. Ditambah lagi antusias kung mania untuk mengikuti even ini selalu tinggi.
Pada kesempatan ini H Zaenuri juga melantik tiga Ketua P3SI baru, yakni Pengwil DIY (PM Suyanto), Kalimantan Selatan dan NTB. Ia pun sangat berharap rasa kebersamaan kung mania terus dijaga dan ditingkatkan, sehingga P3SI dari tingkat daerah, wilayah maupun pusat akan terus maju atau semakin baik dari waktu ke waktu. Sebagai pembawa acara prosesi pembukaan sampai selesainya konkurs ini termasuk lelang anakan perkutut diampu Khairudin Deky sekaligus  sebagai ketua pelaksana even tersebut.
Drs Setiawan KE MM dari Dinas Pariwisata DIY menjelaskan, konkurs ini terselenggara berkat kerjasama apik antara P3SI dengan Dinas Pariwisata DIY.  Selain itu juga didukung berbagai pihak, misalnya  Bank BRI, pakan burung Goldcoin dan bakpia Pathuk 25 Yogya.  Pada hari yang sama, even lain yang terselenggara di  DIY serta kerjasama dengan Dinas Pariwisata seperti lomba burung berkicau Piala Raja maupun Festival Gerobak Sapi 2015.
“Even-even seperti ini semoga bisa rutin digelar, karena mempunyai banyak manfaat seperti meningkatkan jumlah wisatawan serta aspek lain, misalnya ekonomi serta sarana mempererat silaturahmi,” tandasnya.
Malam hari sebelum dilaksanakan lomba digelar <I>Welcome Party<P> di tempat tinggal GBPH H Prabukusumo SPsi. Adik dari Sri Sultan HB X ini antara lain memberikan sejumlah masukan-masukan  untuk P3SI. Selain itu juga bercerita seputar perawatan perkutut yang ditangkarkan di tempatnya. Tak ketinggalan, karena ada acara penting di DKI Jakarta dan harus berangkat pagi-pagi, terpaksa tak bisa berkumpul dengan kung mania di Alun-alun Kidul Kraton Yogyakarta tempat berlangsungnya konkurs perkutut Piala Raja  Kelas Dewasa Senior/Yunior.
Adapun berhasil menjadi juara I - III  Dewasa Yunior, yaitu Rindu Alam – Alib BF (Surabaya), Bunga Desa – H Tohir F (Bangkalan) dan Angkling Darma – H Nury (Cikarang). Juara I - III Piyik Senior, Gema Nusantara – Terminal Perkutut (Surabaya), Nikita – Iwan WI (Depok) dan Goyang – Bamara BF (Pasuruan). Kelas Piyik Yunior, juara I sampai III, yaitu Gotong Royong – H Umar F (Sampang),  Maldini – Zainuri (Probolinggo) serta Pangeran Borneo – H Rusli (Banjarmasin). Sedangkan juara I – III Kelas Hanging, AARin – H Thoha (Krian), Rotterdam – Gunawan (Bangkalan) dan Rengganis – Carman (Cirebon). (Yan)
                                                                               MERAPI-SULISTYANTO
Konkurs perkutut Piala Raja termasuk even bergengsi, digelar setiap tahun dan didukung berbagai pihak. 

Fire Opal

Bersih dan Bening

JENIS batu akik fire opal atau barjad api asal Wonogiri Jawa Tengah termasuk cukup populer di kalangan penggemar batu. Salah satu kelebihannya, setelah digosok akan tempil bersih dan bening. Warna fire opal ada beberapa jenis seperti merah, kuning orange dan hijau orange.
Hal ini seperti diungkap pelaku jual-beli batu akik spesial fire opal, Irham asal Ambarawa dan rutin mengikuti sejumlah pameran maupun bursa akik di Yogya. Ia sendiri lebih senang menjual yang sudah digosok, bahkan sudah diberi emban, karena penampilannya saat dipajang mampu menyedot perhatian penggemar batu. Apalagi ditata rapi dipadu sejumlah asesoris serta menggunakan emban berkualitas.
“Harga fire opal di tempat saya bervariasi, misalnya ada yang Rp 1.250.000 percincin. Faktor yang mempengaruhi harga, antara lain tingkat kejernihan, bersih, ukuran da n jenis emban yang digunakan,” jelas Irham, baru-baru ini.
Sejumlah sumber bahkan ada yang menyebutkan, ada treatment yang dapat dilakukan agar fire opal tampil mempesona, misalnya dengan mengamplas batu fire opal dengan amplas tipe 600. Tak lupa menggunakan air, lalu digosok dengan amplas tipe 800 dan diakhiri dengan amplas ukuran 2000. Terakhir untuk menambah makin mengkilap, digosok dengan sebilah bambu hitam, diulangi terus sampai efek bias apinya muncul.
Lain halnya dengan pelaku jual beli batu Ashari asal Seturan Sleman lebih senang menyediakan indocrase lumut dan solar.  Harga batu misalnya dipengaruhi kualitas batu , warna dan  tingkat kejernihan. Sebagian dijual paketan, misalnya satu kotak kecil berisi tiga sampai 10 batu. (Yan)

                                                                               MERAPI-SULISTYANTO
Fire opal saat dipajang dan dijualbelikan.

Minggu, 06 September 2015

Nama Unik

Panggil Saya: "Nama"


”Nama saya Nama, lantas kenapa? Memang nama saya Nama.”
ITULAH kalimat pertama yang dilontarkan Nama, seorang pria berusia 43 tahun, warga Pedukuhan Salam RT 29 RW 15, Salamrejo Sentolo Kulonprogo, saat menjawab pertanyaan wartawan yang menyambanginya, kemarin. Saat itu, Nama sedang disibukkan dengan aktivitas hariannya di sebuah kios pasar, yakni berjualan beras.
Pemberitaan tentang nama-nama unik di media massa seperti Tuhan, Syaiton, Jashujan dan sebagainya sejak beberapa waktu terakhir, tidak dipungkiri memang menyita perhatian publik. Seperti yang lain, tanpa disangka, fotokopi identitas Nama, juga sudah muncul di jejaring sosial hingga menjadi perbincangan hangat. Saat ditanya, Nama pun mengaku sudah mendengar tentang hal itu, lalu menanggapinya dengan tawa santai.
"Iya, kata orang-orang foto KTP saya muncul di internet. Saya juga kaget," ujarnya.
Ketika ditanya nama, ayah dua anak ini spontan akan menjawab Nama. Jawaban yang diberikannya memang terkadang membuat orang yang bertanya bingung, karena seperti mengulang pertanyaan. Tak jarang orang yang bertanya kepadanya, kemudian akan mengulang pertanyaan sama karena merasa belum mendapat jawaban jelas.
"Mau bagaimana lagi, nama saya memang Nama. Ini lah nama pemberian orangtua saya," katanya.
Karena nama yang dimilikinya unik, jawaban Nama sering mengundang gelak tawa. Saat duduk di bangku SD, Nama sempat berada di urutan pertama daftar absensi siswa. Guru pengajar di kelas mengira bahwa Nama yang berada di barisan paling atas bukanlah nama siswa sehingga dilewati begitu saja.
"Sampai saya bilang kalau saya belum dipanggil, baru lah guru-guru menyadari kalau nama saya Nama," imbuhnya.
Menyandang nama cukup unik, membuat Nama kerap dipaksa mengeluarkan identitas lantaran jawaban nama yang dilontarkannya sering membuat orang yang bertanya bingung. Bahkan, ayah dua putra ini pernah dijewer polisi lantaran dianggap main-main saat ditanya siapa namanya.
"Waktu itu, saya sedang mengendarai mobil sepulang dari pasar dan dihentikan petugas kepolisian. Dia tanya nama, saya jawab Nama, tiba-tiba saya dijewer lantaran dianggap main-main dengan petugas. Setelah saya tunjukkan nama saya di kolom SIM, petugas tersebut langsung tertawa terbahak-bahak," kenangnya.
Meski demikian, Nama mengaku tak pernah mendapat kesulitan atas Nama yang disandangnya. Ia juga tidak mengetahui secara pasti, apa alasan orangtuanya memberikan nama unik kepada dirinya. Namun yang jelas, nama Nama sudah melekat dalam dirinya sejak kecil di lingkungan tempat tinggalnya, saat merantau ke berbagai daerah di usia dewasa, hingga kini kembali ke kampung halaman membina rumah tangga.
"Saya juga tidak pernah bertanya, kenapa saya diberikan nama Nama. Apalah arti sebuah nama, semua yang mengenal saya tidak mempersoalkan hal itu. Tapi memang saya tidak boleh jauh-jauh dari kartu indentitas, agar bisa menunjukkan bukti nama saya kepada mereka yang tidak percaya," terangnya.
Kisah pemberian nama Nama, justru sedikit diketahui oleh istrinya, Aminah. Saat masih berpacaran dengan Nama, Aminah sempat dibocori rahasia pemberian nama suaminya ini oleh ibu mertuanya.
"Ibu mertua bilang, suami saya pas lahir namanya Tekad. Namun karena sering sakit, namanya kemudian diganti menjadi Nama," ujarnya tersenyum.
Nama unik yang disandang Nama, ternyata tidak hanya berdampak pada dirinya saja, melainkan juga putra-putranya. Salah satu putra Nama, Wahyu Nugroho (20) menyampaikan, nama ayahnya kerap membuat teman-temannya tertawa.
"Ketika saya bilang kalau nama ayah saya Nama, teman-teman pasti tertawa," katanya riang. (Unt)

                                                                            MERAPI-AMIN KUNTARI
Nama menunjukkan identitas yang mencantumkan namanya.