Budidaya Perkutut Satu Kompleks Derkuku
PEMBUDIDAYA burung anggungan jenis perkutut, sebagian di antaranya juga membudidayakan derkuku. Lokasinya masih dalam satu kompleks pun tak masalah,sebab cara perawatan maupun jenis pakannya hampir sama. Bahkan, dapat ditambah juga puter, selain melengkapi jenis anggungan yang ada sekaligus dapat digunakan sebagai babu, yakni untuk mengasuh anakan perkutut maupun derkuku.Ketika tak digunakan sebagai babu, puter pun dapat ditangkarkan dan agar harga jualnya tak murah dapat memilih jenis puter pelung. Hal seperti ini telah dilakukan warga Perum Griya Taman Asri (GTA) Pendowoharjo Sleman, Sukarja. Ia termasuk sudah senior di kalangan kung mania maupun deku mania DIY dan sekitarnya, sebab cukup aktif mengikuti lomba perkutut maupun derkuku sejak 1986 silam. Lalu banyak membudidayakan anggungan sudah sekitar 20 tahun lalu.
“Hanya saja dalam mengikuti lomba maupun menangkarkan anggungan saya banyak memilih tidak ngoyo. Menang kalah dijalani santai saja,” ungkap Karja saat ditemui di tempat tinggalnya, akhir pekan kemarin.
Lelaki ramah yang juga pegawai di MMTC Jalan Magelang Sleman ini menjelaskan, khusus perkutut sekarang ada lima pasang. Pejantan dan betina dibeli dari peternak-peternak sudah mapan/kondang seperti dari Santa Surabaya, B2W Sleman, Mayur Blitar dan Paramita Indramayu. Anakan-anakan dari indukan tersebut mudaj terbeli kung mania dari berbagai daerah. Namun, ada juga yang sengaja tak dijual, sebab ia merasa senang dan bisa rutin diikutkan lomba.
Cukup membanggakan juga perkutut yang dikoleksi bernama Basudewa, saat Liga Perkutut Prabukusumo Jogja, belum lama ini terpilih sebagai juara I Kelas Piyik. Perkutut ini tak akan dijual, meski sudah ada beberapa kung mania menawar, sebab akan diikutkan dalam lomba bergengsi Piala Raja, September 2015. Perawatan penting yang rutin dilakukan perkutut kualitas lomba, misalnya penjemuran dan memandikan. Pakannya cukup jenis biji-bijian, yaitu milet, ketan hitam dan gabah Bangkok. Jenis derkuku juga sama pakannya, namun dapat juga ditambah beras merah.
Menurut Karja, piyikan perkutut sudah disapih atau bisa makan sendiri, rata-rata umur satu setengah bulan. Setelah disapih dapat disendirikan dan anggungannya bisa dipantau rutin pada umur 2,5 bulan, agar dapat ditentukan kualitas sekaligus harga yang dibanderol. Selain itu setelah disapih dapat ditempatkan di kandang umbaran selama sekitar sebulan, selanjutnya dipantau suaranya pada umur 2,5 sampai 3 bulan. Pada umur ini antara lain sudah jelas baik dasar suara, irama, maupun suara depan, tengah dan belakang. Harga piyikan perkutut umur tiga bulan satu pasang rata-rata, Rp 2,5 juta. Pernah juga di bawahnya maupun atasnya seperti Rp 3 juta perpasang.
“Harga sangat dipengaruhi kualitas burung,” tandas Karja, lelaki kelahiran Gunungkidul.
Ditambahkan, saat pengeraman telur perkutut masih dilakukan induk perkutut sendiri. Namun setelah seminggu menetas, selain dapat diasuh induknya sendiri juga dapat dititipkan sepasang puter. Saat ini, ia mempunyai puter pelung empat pasang. Banyak menggunakan puter sebagai babu terutama saat musim penghujan, agar memantaunya lebih enak. Pasalnya, saat penghujan banyak gangguan seperti kedinginan, ada angin dan petir, menjadikan anakan loncat atau jatuh dari sarang. Adapun kandang penangkaran yang digunakan di tempatnya, panjang 120 cm, lebar 60 cm dan tinggi 180 cm. (Yan)
MERAPI-SULISTYANTO
Lokasi kandang penangkaran anggungan perkutut dan derkuku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar