Nabung Rp 10 Ribu Per Hari Selama 15 tahun
RAUT wajah Sunaryo Amat Saiim, seorang buruh gendong Pasar Bendungan Wates Kulonprogo terlihat berbinar penuh kebahagiaan. Sebentar lagi, pria paruh baya ini hendak berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Menariknya, upaya untuk menunaikan Rukun Islam kelima tersebut dijalani Sunaryo dengan penuh perjuangan. Selama 15 tahun, ia rutin menyisihkan uang Rp 10.000 per hari dari total upah yang diterimanya sebagai buruh gendong.Saat ditemui di kediamannya yang cukup sederhana, Dusun Bendungan Kidul, Wates, Kulonprogo, Sunaryo dibantu sang istri, Sulamsih, masih saja mempersiapkan berbagai keperluan yang harus dibawa ke tanah suci, Jumat (28/8). Baik tetangga, kerabat maupun pedagang Pasar Bendungan yang berhubungan baik dengannya, terus berdatangan untuk memberikan ucapan selamat. Bahkan tak jarang, Sunaryo juga menerima titipan doa dari mereka untuk dibacakan di tanah suci.
"Alhamdulillah, keinginan saya untuk datang memenuhi panggilan Allah bisa tercapai. Saya sangat bahagia," kata Sunaryo.
Tanpa ditemani istri, Sunaryo akan berangkat ke tanah suci dari Embarkasi Donohudan Solo bersama 250 jemaah lain se-Kulonprogo, akhir bulan ini. Ia termasuk dalam Kloter 28 dari seluruh peserta rombongan.
"Mudah-mudahan ibadah saya bisa berjalan lancar," harapnya.
Sebenarnya, keinginan Sunaryo untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci sudah muncul sejak lama. Ia pun kemudian berkeyakinan, bahwa setiap keinginan baik, pasti diberikan jalan.
"Karena itulah, saya kemudian bertekad menabung, mengumpulkan biaya untuk naik haji," imbuhnya.
Sejak pagi hingga sore, Sunaryo bekerja sebagai buruh gendong di Pasar Bendungan. Ia melayani setiap pedagang yang membutuhkan jasanya. Mulai dari mengangkat sekeranjang buah dan sayuran dari truk pengangkut ke lapak pedagang dalam pasar, hingga mengangkut gabah hasil panen petani ke tempat penggilingan. Menariknya, Sunaryo tak pernah memasang tarif atas jasanya tersebut.
"Seikhlasnya saja, mereka mau kasih berapa. Rezeki kan sudah diatur, tidak perlu dipaksakan," katanya.
Dalam satu hari, upah yang berhasil dikumpulkan Sunaryo atas jerih payahnya menjadi buruh gendong berkisar Rp 30.000 hingga Rp 40.000. Uang tersebut kemudian ia sisihkan Rp 10.000 untuk ditabung sebagai biaya naik haji.
"Setelah 15 tahun, tabungan ini bisa membiayai keberangkatan saya ke tanah suci," ujarnya senang.
Berangkat sendiri tanpa ditemani istri, tentu saja menimbulkan sedikit ganjalan di hati Sunaryo. Namun beruntung, Sulamsih, sang istri tidak mempersoalkan. Ia justru memberikan doa dan dukungan agar suaminya diberikan kemudahan dalam menunaikan ibadah haji.
"Saya selalu berharap, bapak bisa beribadah dengan baik dan pulang menjadi haji yang mabrur," ujarnya.
Dukungan dari Sulamsih, dilakukan dengan menyiapkan semua perlengkapan Sunaryo selama menunaikan ibadah haji. Ia mempersiapkan segala sesuatunya mulai dari tas, koper, buku tuntunan haji, pakaian ihrom, serta seragam haji Kulonprogo. (Unt)
MERAPI-AMIN KUNTARI
Sunaryo bersiap untuk menunaikan ibadah haji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar