Kamis, 13 Agustus 2015

hidayah


                                 Baju Bekas Bawa Berkah


SEBAGAI seorang manajer di sebuah perusahaan besar, Afif (semua nama disamarkan) senantiasa mengenakan pakaian yang pantas dan berwibawa. Ini merupakan tuntutan perusahaannya. Bahkan, di slip gajinya terdapat tunjangan penampilan yang mewajibkan dia membeli pakaian baru saat bernegosiasi soal proyek dengan rekanan.
Lantaran hal ini pakaian di lemarinya semakin lama semakin menumpuk. Sering kali lantaran sudah tak muat, pakaian yang sudah tak dipakai selama satu tahun ia taruh di sebuah kardus di pojokan kamarnya.
"Sebenarnya sayang lho mas kalau cuma ditempatkan di kardus. Alangkah lebih baik diberikan kepada orang yang membutuhkan," ujar Risa, istrinya. Afif menangguk tanda setuju.
Namun, lantaran kesibukan ia kesulitan untuk memberikan kepada siapa baju-baju itu. "Nggak usah bingung-bingung mas. Bawa saja lima potong baju saat pergi ke luar kota. Nah, di sela-sela itu kalau ketemu tukang becak atau orang yang dirasa pantas diberi baju itu, kasih saja dua atau tiga potong. Gampang kan," sahut istrinya.
Usul istrinya ini disambut baik oleh Afif. Saat mendapatkan tugas luar kota, istrinya sudah mempersiapkan baju-baju bekas tapi layak tersebut. Ia meminta agar suaminya tidak lupa memberikan kepada orang yang dirasa tepat menerima.
***
Saat turun dari bandara dan kemudian mengendarai taksi menuju tempat meeting bersama klien, ia melihat dari kejauhan seorang tukang becak yang sedang mengayuh tanpa penumpang, ia segera meminta sopir taksi menepi. Ia hampiri tukang becak yang bajunya tampak berlubang di beberapa sisi.
"Ini aja baju buat bapak. Lumayan buat ganti," ujar Afif membuka perbincangan dengan tukang becak itu. Raut wajah sang tukang becak tampak kaget campu senang. Si tukang becak tahunya baju tersebut baru lantaran kualitas yang masih bagus. Lantaran sibuk, Afif langsung memberinya 5 potong baju yang disiapkan istrinya itu.
Karena sudah kebiasaan, Afif menjadi terbiasa membawa baju bekas setiap kali tugas perusahaan. Rata-rata ia dapat tugas dari perusahaan sebulan sekali. Perlahan-lahan tumpukan baju yang tidak terpakai di rumahnya berkurang dan akhirnya habis.
Tanpa disangka kebaikan yang dilakukan sembari bekerja itu, kembali lagi kepada Afif. Setiap kali negosiasi dengan klien selalu berhasil. Pimpinannya juga tak pernah melihat kekurangan dari pekerjaan yang dijalankan Afif. Bosnya selalu melihat kelebihan terhadap usaha yang telah dilakukan. Seolah-olah Allah SWT menutupi aib Afif, seperti halnya dia memberikan baju kepada orang-orang yang tidak mampu.
Afif pun bersyukur usahanya diberikan apresiasi oleh pimpinannya. Ia pun tak segan untuk membawa baju-baju yang tak pernah dipakai kepada orang-orang yang membutuhkan. Ibarat pepatah, sembari menyelam minum air. Sembari bekerja ia bersedekah baju bekas kepada kaum dhuafa. (Junianto B Setiawan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar