Sabtu, 15 Agustus 2015

hidayah



Dulu Senang Mempersulit

Kini Ketiban Getahnya


MISWATI (semua nama disamarkan) adalah seorang pejabat yang gila akan kehormatan. Sebagai salah satu orang yang memegang peranan di instansinya, ia ingin orang-orang membutuhkan dia. Saking gila terhadap jabatan, ia memiliki prinsip: bila memang bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah. Dengan cara itu, ia ingin menjadi pahlawan lantaran bisa membantu menyelesaikan persoalan.
Namun, cara yang dilaukan agak nyleneh. Ia akan mempersulit di depan hingga pada satu titik tertentu, orang yang meminta bantuan itu memberikan bingkisan dan merengek-rengek terhadap Miswati. Saat itulah, dia akan membantu orang itu.
Ini pula yang dilakukan kepada Kirjo. Saat itu Kirjo berharap dibantu untuk pengurusan surat keterangan. Miswati pun sudah menerima permohonan Kirjo. Dijanjikan, pekan depan akan selesai. Namun, pada hari yang sudah dijanjikan surat tersebut tidak bisa diambil. Alasannya, pejabat yang harus menandatangani surat tersebut sedang tugas luar kota selama dua minggu.
"Ya mohon lah dibantu bu. Kalau tidak ada surat itu saya bisa kesulitan. Ini kebetulan kami baru saja dari luar kota, ada sedikit oleh-oleh buat ibu dan keluarga," ujar Kirjo sembari menyerahkan lima kilogram mangga. Saat menyerahkan mangga itu, Kirjo sembari mengucap bahwa tanpa ada Miswati semua urusannya tidak akan selesai.
Apa yang dilakukan Kirjo ini karena sudah diberi tahu tetangganya, yang kebetulan pernah berurusan dengan Miswati. Karena sudah dikenal sebagai pejabat yang mempersulit, maka perlu ada pelicin agar segala sesuatunya bisa lancar.
Kirjo hanya satu dari sekian banyak 'korban' Miswati. Banyak perseorangan, lembaga dan perusahaan yang terganjal ulah Miswati yang gemar mempersulit keadaan.
***
Roda kehidupan itu terus berputar. Kadang di atas kadang pula di bawah. Ini yang tidak disadari oleh Miswati. Anaknya yang sudah lulus perguruan tinggi akan mendaftar kerja. Setelah bertahun-tahun tak mendapatkan pekerjaan yang cocok, akhirnya mencoba mendaftar di sebuah perusahaan.
Saat sudah mendapatkan panggilan tahap terakhir, ternyata perusahaan tersebut pernah terkendala perizinan saat Miswati menjabat. Ketidaksengajaan ini terjadi karena ada nama Miswati yang tercantum dalam keterangan nama orangtua dalam CV.
"Kamu anak dari Miswati? Wah, ibumu itu dulu payah. Kerjaannya selalu mempersulit orang. Perusahaan ini lama perizinannya karena ulah dari ibumu," ujar Boy, pemimpin perusahaan didampingi Richard, manager HRD perusahaan itu. Di CV, pelamar memang harus mencantumkan nama orangtua. Kebetulan saat mengurus izin perusahaan, Boy dan Richard tahu terjadi kendala karena ada pejabat bernama Miswati.
Mendengar hal tersebut, Haryo, anak Miswati kaget. Dengan ucapan tersebut ia yakin tidak bakal diterima di perusahaan tersebut. Pulang ke rumah, Haryo pun <I>wadul<P> kepada Miswati. Dia kecewa lantaran tak diterima di perusahaan tersebut karena secara tidak langsung akibat ulah ibunya.
Saat itulah Miswati terdiam. Ia tak menyangka ulahnya mempersulit orang akan berdampak negatif bagi keluarganya. Kini Miswati hanya bisa meratap. Saat pensiun, ia belum bisa melihat anaknya masuk kerja. Salah satunya karena disebabkan ulah dia yang mempersulit orang lain. (Junianto B Setiawan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar