Senin, 31 Agustus 2015

PAMERAN BATU MULIA

 Batu dan Piranti Pendukung Tersedia Komplet

ANTUSIAS pengunjung datang ke Pameran Batu Mulia ‘Gila Batu’ di halaman kantor Kedaulatan Rakyat (KR) Jalan Margo Utomo (P Mangkubumi) sangat tinggi. Tersedianya jenis batu maupun piranti pendukung seputar batu mulia/akik yang komplit menjadi alasan tersendiri bagi pengunjung.
Seperti halnya diungkap pengunjung asal Mlati Sleman, Endang Zaelani, setiap ia datang ke Pameran ‘Gila Batu’ di KR dapat menemukan beragam jenis batu mulia/akik komplit. Sebagian koleksi batunya pun dibeli saat ada pameran di KR, baik sudah wujud cincin, batu sudah digosok maupun masih bahan. Piranti pendukung semisal senter, kaca pembesar, alat pengukur kekerasan batu, bahan penggilap batu serta alat untuk memasang ring ada di sini.
“Ini saya sudah membeli alat untuk memasang ring. Masih ada rencana juga membeli batu untuk melengkapi koleksi batu di rumah,” jelas Endang, kemarin.
Pameran batu mulia yang akan berlangsung sampai Sabtu (5/9) mendatang ini diikuti 38 stan. Setiap hari dibuka dari pukul 10.00 - 21.00. Salah satu peserta pameran, Boy Wicaksono asal Solo dengan stannya Zona Bravo Militer (ZBM) mengatakan, pihaknya banyak menyediakan aneka batu kualitas bagus dengan kekerasan batu di atas 6 skala mohs, misalnya jenis ruby, zamrud dan saphire. Sudah berwujud cincin dibanderol antara Rp 500.000 sampai Rp 1 Juta. “Harga terutama dipengaruhi jenis batu, ukuran ataupun berat dari batu,” ungkap Boy.
Hal senada diungkap Arnas Sulifan (Fafan) yang menjaga stan Dunia Batu Mulia asal Klaten.  Menurutnya, tipe penggosokan juga mempengaruhi, yakni  facet / cutting diamond dengan ciri ada sudut-sudutnya biasa lebih mahal dibanding yang tidak menyudut/<I> cabochon<P> (gosokan biasa). Batu-batu mulia yang ada di stannya, sebagian besar mempunyai tipe gosokan facet, antara lain jenis  opal, quartz (citrine, amethyst, rose quartz, rutile/rambut serat emas, moonstone), topas,  garnet dan cat eye.
“Ada juga batu-batu yang kami golongkan permata, tingkat kekerasan di atas 7 skala mohs seperti sapphire, ruby, emerald atau jamrud dan diamond. Harga antara Rp 300.000 sampai Rp 7 juta. Misalnya cincin black diamond 1,4 karat ini kami banderol Rp 4 juta perbiji,” papar Fafan.
Asal batu mulia/permata di tempatnya antara lain dari Afrika, Srilangka, Tanzania, Australia dan Brasil. Tak ketinggalan ada lagi sejumlah batu akik berasal dari beberapa daerah di Indonesia, antara lain jenis jesper, pancawarna, kecubung serta kalsedon. Sebagian masih berwujud bongkahan dan dipajang di stannya. (Yan)





 
                                                                                 MERAPI-SULISTYANTO
Pengunjung antusias datang ke pameran Gila Batu di halaman kantor KR.

Jumat, 28 Agustus 2015

PERJUANGAN BURUH GENDONG KE TANAH SUCI

Nabung Rp 10 Ribu Per Hari Selama 15 tahun

RAUT wajah Sunaryo Amat Saiim, seorang buruh gendong Pasar Bendungan Wates Kulonprogo terlihat berbinar penuh kebahagiaan. Sebentar lagi, pria paruh baya ini hendak berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Menariknya, upaya untuk menunaikan Rukun Islam kelima tersebut dijalani Sunaryo dengan penuh perjuangan. Selama 15 tahun, ia rutin menyisihkan uang Rp 10.000 per hari dari total upah yang diterimanya sebagai buruh gendong.
Saat ditemui di kediamannya yang cukup sederhana, Dusun Bendungan Kidul, Wates, Kulonprogo, Sunaryo dibantu sang istri, Sulamsih, masih saja mempersiapkan berbagai keperluan yang harus dibawa ke tanah suci, Jumat (28/8). Baik tetangga, kerabat maupun pedagang Pasar Bendungan yang berhubungan baik dengannya, terus berdatangan untuk memberikan ucapan selamat. Bahkan tak jarang, Sunaryo juga menerima titipan doa dari mereka untuk dibacakan di tanah suci.
"Alhamdulillah, keinginan saya untuk datang memenuhi panggilan Allah bisa tercapai. Saya sangat bahagia," kata Sunaryo.
Tanpa ditemani istri, Sunaryo akan berangkat ke tanah suci dari Embarkasi Donohudan Solo bersama 250 jemaah lain se-Kulonprogo, akhir bulan ini. Ia termasuk dalam Kloter 28 dari seluruh peserta rombongan.
"Mudah-mudahan ibadah saya bisa berjalan lancar," harapnya.
Sebenarnya, keinginan Sunaryo untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci sudah muncul sejak lama. Ia pun kemudian berkeyakinan, bahwa setiap keinginan baik, pasti diberikan jalan.
"Karena itulah, saya kemudian bertekad menabung, mengumpulkan biaya untuk naik haji," imbuhnya.
Sejak pagi hingga sore, Sunaryo bekerja sebagai buruh gendong di Pasar Bendungan. Ia melayani setiap pedagang yang membutuhkan jasanya. Mulai dari mengangkat sekeranjang buah dan sayuran dari truk pengangkut ke lapak pedagang dalam pasar, hingga mengangkut gabah hasil panen petani ke tempat penggilingan. Menariknya, Sunaryo tak pernah memasang tarif atas jasanya tersebut.
"Seikhlasnya saja, mereka mau kasih berapa. Rezeki kan sudah diatur, tidak perlu dipaksakan," katanya.
Dalam satu hari, upah yang berhasil dikumpulkan Sunaryo atas jerih payahnya menjadi buruh gendong berkisar Rp 30.000 hingga Rp 40.000. Uang tersebut kemudian ia sisihkan Rp 10.000 untuk ditabung sebagai biaya naik haji.
"Setelah 15 tahun, tabungan ini bisa membiayai keberangkatan saya ke tanah suci," ujarnya senang.
Berangkat sendiri tanpa ditemani istri, tentu saja menimbulkan sedikit ganjalan di hati Sunaryo. Namun beruntung, Sulamsih, sang istri tidak mempersoalkan. Ia justru memberikan doa dan dukungan agar suaminya diberikan kemudahan dalam menunaikan ibadah haji.
"Saya selalu berharap, bapak bisa beribadah dengan baik dan pulang menjadi haji yang mabrur," ujarnya.
Dukungan dari Sulamsih, dilakukan dengan menyiapkan semua perlengkapan Sunaryo selama menunaikan ibadah haji. Ia mempersiapkan segala sesuatunya mulai dari tas, koper, buku tuntunan haji, pakaian ihrom, serta seragam haji Kulonprogo. (Unt)
                                                                             MERAPI-AMIN KUNTARI
                                         Sunaryo bersiap untuk menunaikan ibadah haji.

'TREATMENT' BATU MULIA DALAM AKUARIUM

Warna Lebih Terang nan Cemerlang

AKUARIUM  berisi aneka ikan hias sangat mudah dijumpai. Saat semarak batu mulia dan akik seperti saat ini, tak perlu kaget ketika akuarium berisi sejumlah bongkahan batu. Hal seperti ini dapat dijumpai di lokasi penjualan batu akik/mulia Tankiland Gemstone di kawasan Jalan Patukan Bibis Sleman. Ada dua akuarium ukuran besar digunakan untuk menampung bongkahan batu.
Bagian dasar akuarium ada pasir putih dengan tebal kisaran 10 cm, sedangkan airnya jenis air laut. Beberapa jenis batu yang ditempatkan di akuarium air laut antara lain jesper garut, kalsedon, fire opal dan fosil satwa laut/tumbuhan. Layaknya untuk memelihara ikan, akuarium dilengkapi juga penyaring maupun piranti untuk putaran sirkulasi air, sehingga tingkat kejernihannya dapat terjaga.
“Ini termasuk salah satu treatment batu menggunakan air laut. Treatment batu lainnya antara lain ada yang menggunakan air kelapa, minyak zaitun maupun air biasa. Sebagian batu di akuarium ini sudah ada perubahan warna menjadi lebih bagus,” ungkap pemilik usaha penjualan batu setempat, Aditya Arya M, kemarin.
Penempatan bongkahan batu di akuarium, lanjutnya, diharapkan menjadi suatu pemandangan keindahan tersendiri. Sebagian ada lagi yang cukup menggunakan wadah seperti nampan dan bongkahan kecil/batu masih bahan cukup diberi air biasa. Ada keinginan juga suatu saat akuarium tersebut juga diisi beberapa jenis ikan hias laut, sehingga makin memperindah suasana ruangan tempat berjualan batu.
Selain yang masih wujud bongkahan maupun bahan, pihaknya juga menyediakan batu-batu sudah digosok wujud cincin maupun liontin. Termasuk juga  yang sudah diberi emban atau ring. Ia sendiri lebih fokus menyediakan jenis-jenis batu lokal, antara lain kalsedon Bengkulu, jesper  Garut, sunkist hijau dan fire opal Wonogiri dan indocrase Aceh. Ada lagi jenis Muratara Palembang, Lavender Sukabumi, Red Borneo Kalimantan, Biduri Sepah Lumajang, Bulu Macan Sumbawa dan Kecubung Kembang Kalimantan.
Sebagian batu lokal kualitas biasa dan sudah digosok wujud cincin dibanderol dengan harga terjangkau berbagai kalangan, misalnya dua biji (Rp 50.000) dan lima biji (Rp 100.000). Ukuran kecil tiga biji (Rp 50.000) dan tujuh biji (Rp 100.000). Selain itu ada juga cincin dengan batu berasal dari luar negeri, namun jumlahnya terbatas seperti jenis zamrud, rubi dan blue sapir. Sebagian ada <I>memocard<P> (identitas batu) yang dikeluarkan sejumlah laboratorium gemstone.
“Saya dibantu teman juga melayani pemotongan dan penggosokan batu. Tarif potong dan gosok terutama dipengaruhi ukuran batu,” imbuh Aditya.
Lain halnya dengan jenis ring cincin, antara lain ada jenis monel, titanium, rodium, alpaka super dan perak. Jenis perak pun ada beberapa, seperti perak Malaysia, China, Bali dan Kotagede Yogya. Jenis perak Bali masih paling murah, kisaran Rp 60.000 perbiji. Sedangkan perak yang ada thok/cap angka 925 masih paling mahal. (Yan)
                                                                               MERAPI-SULISTYANTO
Sebagian batu bongkahan ditempatkan di akuarium air laut.
   

Terjadi Sungguh-sungguh


SAUDARA saya di Kudus rumahnya kebanjiran. Beberapa anggota keluarga ada yang terserang sakit rangen atau kutu air. Uniknya  sakit itu diobati dengan rokok. Caranya 5 puntung rokok dikupas dan diambil tembakaunya lalu dimasukan ke baskom kecil dan diberi minyak tanah secukupnya. Lalu ramuan tersebut digosok-gosokkan pada bagian yang rangen secara rutin. Alhasil bisa sembuh. Anda penasaran, silakan coba! (Danang K Wibawa d/a. Karangwungu 14/07, Karangdowo, Klaten  57464.)

Hidayah

Kecewakan Orangtua

Kesulitan pun Menghadang


BINTARTI (semua nama disamarkan) adalah sosok wanita yang cerdas tapi ambisius. Ia ingin bisa mencapai posisi manager sehingga mengorbankan banyak waktunya kerja di kantor. Lantaran sibuk di kantor, orangtuanya sempat protes lantaran dia adalah anak satu-satunya.
"<I>Mbok<P> kamu itu sewajarnya saja bekerja. <I>Masak<P> berangkat jam 6 pagi pulang jam 9 malam. Itu nggak baik buat kamu," ujar Fatimah, ibunda Bintarti. Ayahnya yang duduk di sebelah Fatimah pun menasihati demikian.
Namun, karena sudah berorientasi materi, Bintarti tak menggubris nasihat orangtuanya. "Hanya dengan bekerja keras, bisa dapat uang banyak. Toh, uang hasil keringatku juga sebagian besar aku berikan buat bapak-ibu. Sudahlah, tidak perlu khawatir," jawab Bintarti.
Orangtuanya yang merupakan pensiuanan PNS sejatinya tak ingin anaknya bekerja seperti itu. Sebab, dengan uang pensiun sudah bisa mencukupi kebutuhan. Ia ingin anaknya itu mengedepankan pernikahan agar segera dapat menimang cucu.
Lantaran nasihat tak pernah diperhatikan, Fatimah pun sakit hati. Dia mulai mendiamkan anaknya yang gila kerja itu. Saat berangkat pagi, ia sengaja tidak keluar dari kamar agar tidak dipamiti. Demikian halnya saat pulang malam, Fatimah juga tak menyambut anaknya itu.
Hal ini dilakukan supaya Bintarti sadar bahwa orangtuanya kecewa terhadap keputusannya yang kerja dari pagi hingga larut malam. Meski sudah melakukan aksi protes halus tersebut, Bintarti tak juga sadar. Bahkan, sudah lebih dari satu bulan ibunya tak menyambut kehadirannya, Bintarti tetap cuek.
Hingga akhirnya, karena kelelahan bekerja, Bintarti jatuh sakit. Ia pingsan di kantornya saat mengerjakan tugas lembur. Oleh kawan-kawan dan satpam kantor, Bintarti langsung dilarikan ke rumah sakit. Kawan-kawannya pun langsung memberi kabar kepada orangtua Bintarti. Dengan langkah gontai mereka menjenguk anaknya di rumah sakit.
Tak ada kata-kata yang terucap dari orangtuanya melihat anaknya jatuh sakit. Fatimah dan suaminya hanya menunggui sebentar di rumah sakit lalu malamnya mereka pulang. Mereka memilih tidak menunggu anakanya di rumah sakit lantaran masih sakit hati dengan perilaku Bintarti.
Mendapat perlakuan demikian, Bintarti mulai tersadar. Ambisinya untuk meraih jabatan tinggi ternyata tak direstui orangtuanya. Alhasil selama sakit 5 hari, dia tidak ditunggui orangtuanya. Meski begitu ia tidak marah. Justru Bintarti berniat meminta maaf kepada orangtuanya.
Sekembalinya di rumah, Bintarti meminta maaf atas kekeliruannya selama ini. Orangtuanya pun bersikap legawa dan meminta Bintarti mengubah perilaku yang gila kerja. "Jangan terlena dengan dunia. Kamu harus mengedepankan kepentingan akhirat. Menikahlah kalau sudah ada calon suami dan kamu cocok," pinta Fatimah.
Ia mulai mengubah ritme kerja. Ia meminta kelonggaran kepada pimpinan untuk bekerja sesuai dengan jam kantor. Yakni pukul 08.00 hingga 16.00. Dengan alasan yang logis, bosnya mengizinkan. Karena mengikuti petunjuk orangtua, ia justru dipromosikan sebagai wakil manager, tiga bulan kemudian. Pimpinannya menilai, upayanya terdahulu kerja keras layak diapresiasi dengan kenaikan pangkat.
Saat suatu sore rumahnya mengadakan pengajian umum, ia bertemu dengan seorang pria, anak dari ustaz pengisi tausiyah. Hal ini tak mungkin terjadi bila Bintarti masih pulang malam.
"Kalau kamu menurut perkataan ibu sejak dulu, mungkin jodohmu juga gampang. Tapi kamu sukanya ngeyel," ujar Fatimah setengah bercanda. Kini Bintarti bersiap untuk melenggang ke gerbang pernikahan. Ia amat bersyukur lantaran mendapatkan calon suami yang saleh. (Oin)

Kamis, 27 Agustus 2015

WARUNG BAKMI 'DUA DJAMAN'

Digoreng Tanpa Minyak Bebas Kolesterol

LOKASI kuliner dengan menu andalannya masakan bakmi, seperti bakmi rebus, goreng dan magelangan banyak ditemukan di berbagai tempat. Mayoritas saat memasaknya diawali dengan menumis bumbu-bumbunya menggunakan minyak goreng.
Berbeda yang dilakukan Emi Kumaraningsih, sejak lima tahunan lalu, ia memasak bakmi tanpa menggunakan minyak goreng. Mbak Emi sapaan akrabnya memilih menggunakan bumbu-bumbu yang sudah dibuat cair, sebab diberi kaldu ayam kampung. Dalam kaldu ini sudah ada kandungan minyaknya, sehingga ia tak perlu menggunakan minyak goreng lagi. Setelah bumbu dicampur kaldu secukupnya mendidih, segera diberi telur itik dan diaduk-aduk, kuah dari kaldu, disusul irisan sayur kol, loncang serta daging ayam kampung.
"Dengan menggunakan telur itik, tampilan kuah berwarna putih seperti santan. Setelah semua bagian telur dirasa matang, bakmi bisa segera dimasukkan sambil diaduk-aduk," ungkap Mbak Emi, baru-baru ini.
Pemilik usaha bakmi Dua Djaman di kawasan Jalan Parangtritis Bantul ini menambahkan, memasak bakmi tanpa minyak termasuk salah satu kekhasan olahan bakmi sampai nasi goreng di tempatnya. Kekhasan lain seperti bumbu tak perlu menggunakan merica dan tak ada irisan tomat. Adapun usulan tanpa perlu menggunakan minyak, tak lain datang dari bapaknya, Murlidi (Mbah Mo) yang sudah lebih dahulu menerjuni usaha penjualan bakmi di kawasan Bantul.
"Meski dalam memasak, kami tanpa menggunakan minyak goreng, Alhamdulillah banyak pelanggan mengatakan masakan kami tetap enak. Ada lagi yang senang karena malah minim kolesterol," papar Mbak Emi.
Kekhasan penting lain, sebutnya, bahan bakar untuk memasak menggunakan kayu arang. Selain itu konsisten menggunakan telur itik serta dagingnya ayam kampung asli. Bahan-bahan seperti ini sudah disetori pengepul relasinya. Saat ini harga bakmi biasa Rp 16.000 perporsi, sedangkan yang istimewa Rp 21.000, sebab daging ayamnya lebih banyak, bahkan dapat meminta tambahan seperti bagian kepala, sayap, paha dan rempela-ati. Dapat juga minta tambahan bagian brutu ataupun uritan.
Salah satu pelanggan bakmi, Dian Nutri asal Yogya mengaku, senang dengan olahan bakmi di tempat tersebut, karena sudah cocok dengan rasanya. Telur itik maupun daging ayam kampung memberi rasa khas tersendiri. Ia paling senang dengan bakmi rebus dengan kuah kental serta ditambah rempela-ati. "Kami sekeluarga rutin datang ke sini, sebagian ada juga yang dibungkus, dibawa pulang," jelas Nutri. (Yan)
                                                                               MERAPI-SULISTYANTO
Proses memasak bakmi tanpa menggunakan minyak ala Mbak Emi.

Senin, 24 Agustus 2015

Batu Jala Sutra

Untuk Penenang Jiwa yang Galau


TIAP batu mulia mempunyai keunggulan dan keunikan yang berbeda. Meski baru booming akhir tahun silam, batu Jala Sutra mulai digandrungi para penggemar batu akik. Batu Jala Sutra ini memikat hati penggemar batu akik dengan serat timbul berbentuk seperti jaring laba-laba di permukaan batu.
Satu-satunya penjual batu Jala Sutra di Yogyakarta, Sri Mulyadi (38) mengatakan batu ini hanya bisa ditemukan di pegunungan Kendeng, Pati, Jawa Tengah. Pria yang akrab disapa Sri atau Adi ini awalnya justru tidak begitu suka dengan dunia per-akik-an. Tetapi akhir Desember 2014, kakak iparnya membawakan tujuh buah batu Jala Sutra yang ditambangnya. "Saya dikasih tujuh buah kemudian saya coba jual lewat sosial media. Ternyata ada yang laku Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Sejak saat itu mulai tertarik di dunia batu akik," terang Sri Mulyadi saat ditemui di toko Ridho Jala Sutra Gemstone, Barat pasar Cebongan Jalan Kebon Agung, Cabaan, Sumberadi, Mlati.
Sri Mulyadi pun mulai intensif menjajakan batu Jala Sutra di Yogyakarta. Respon para penggemar batu akik pun luar biasa tertarik. Batu Jala Sutra mempunyai keistimewaan serat timbul seperti jala laba-laba di permukaan batu. Selain itu batu ini juga mengandung partikel emas meski hanya sedikit. Ia menjual batu yang sudah dipoles dan batu yang masih mentah. Batu mentah biasa ia jual Rp 15 ribu hingga Rp 295 ribu. Sedangkan batu yang sudah dipoles biasa dijual Rp 350.000 dan yang paling mahal seharga Rp 3 juta. Sri Mulyadi mengaku dari beberapa batu koleksinya ada yang berlafal 'Allah'. Ada pula yang bergambar tanda salib. Untuk dua batu istimewa ini Sri Mulyadi mematok harga fantastis. "Untuk yang lafal Allah saya jual Rp 777 juta. Sedangkan yang ada lambang salib saya jual Rp 7,7 juta. Semuanya terbentuk alami tidak dibentuk tangan manusia," ungkap bapak dari dua anak ini.
Untuk menggosok batu Jala Sutra, lanjut Sri Mulyadi, butuh ketelitian dan jiwa seni. Kalau asal menggosok justru akan menghilangkan serat jaring laba-laba yang ada di permukaan batu.
Saat ini area penambangan batu Jala Sutra di pegunungan Kendeng sudah ditutup karena kedalamannya mencapai 30 meter. Kendati demikian persedian batu Jala Sutra hingga 2018 masih aman. Di tempat asalnya Pati, harga batu ini juga sudah meroket karena sangat sulit ditemukan. Sebagai salah satu batu langka, Jala Sutra bisa dianggap sebagai pendingin atau penenang. Pasalnya menurut sejarah, batu Jala Sutra juga dikenalkan oleh Ki Semar Bodronoyo.
"Saya sering ikut pameran batu akik untuk mengenalkan Jala Sutra ke masyarakat. Terakhir ikut pameran di Jogja City Mall. Hasilnya lumayan, bisa mencapai Rp 17 juta," imbuh
pria yang juga bekerja sebagai Pembina Rohani Islam di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Sleman ini.
Untuk merawat batu Jala Sutra cukup mudah, bisa dipoles menggunakan minyak zaitun. Selain itu juga bisa digosokkan di bambu hitam atau daun pisang klutuk yang sudah kering. Menurut Sri Mulyadi batu Jala Sutra juga dianggap sebagai penjaring rejeki karena ada jaring laba-labanya. "Laba-laba aja diam, nyamuk dan lalat bisa datang ke sarangnya. Diharapkan rejeki bisa datang ke manusia dan disertai juga dengan berdzikir," beber Sri Mulyadi.  (Tiw)


                                                                      MERAPI - MAHAR PRASTIWI
                                       Jala Sutra berlafal 'Allah' ini dibandrol Rp 777 juta.

PAMERAN ADU DOMBA DI SANGKRING ART

Mengadu Dua Orang Perupa

Melalui Karya Visualnya.


DUA perupa yaitu I Made Darmika dan Putu Sastra Wibawa akan mengelar pameran bertajuk 'Adu Domba' di Sangkring Art Project, Selasa (25/8) pukul 19.30 WIB. Seri Pameran Adu Domba adalah rangkaian simulasi mengadu dua orang perupa dalam satu arena.

Sebagai sebuah simulasi, pameran ini merupakan peragaan sesuatu dalam bentuk tiruan, mirip dengan keadaan yang sesungguhnya. Yang dimaksud dengan hal ini adalah sebuah tiruan dari situasi adu domba, yaitu seolah-olah membuat arena untuk mengadu dua orang perupa melalui karya-karya visualnya.
Ida Fitri kurator pameran ini menerangkan, tema pameran ini berangkat dari kesadaran bahwa dunia seni rupa tidak berbeda dengan bidang-bidang lain, di mana perbedaan adalah sesuatu yang wajar dan tidak bisa dihindari. Perbedaan yang beragam itu merupakan bibit persaingan, kontestasi, perpecahan bahkan konflik.
Suasana terbelah dan perilaku mengelompok yang kuat, jika tidak disikapi dengan baik akan mudah dimanfaatkan untuk kepentingan pihak lain dengan menggunakan mekanisme adu domba. Aduan, apalagi adu domba, berkonotasi negatif, sebab digerakkan secara diam-diam dan licik oleh pihak ketiga dengan motivasi melemahkan dua pihak.
Seperti pada zaman penjajahan, ketika adu domba dijadikan alat untuk memecah Indonesia. Saat itu kesatuan bangsa ini menjadi ancaman bagi kekuatan kolonial. Namun seri pameran ini justru bermaksud memunculkan karakter dan kualitas pengkaryaan yang tangguh.
Sebab dalam satu pameran, dua perupa akan mengasah konsep, menguji kemampuan teknik dan mempertaruhkan karya visual masing-masing untuk dipertandingkan dalam ruang pameran yang terbuka. Dalam simulasi adu domba ini, keragaman tetap dibiarkan tumbuh subur.
Menurutnya perbedaan tidak dimatikan dengan perlombaan, yang melahirkan satu peserta menjadi pemenang tetapi peserta lainnya harus mengakui kekalahan. Selain itu, semua pihak yang terlibat sepakat dan bersedia untuk bermain dalam sebuah simulasi untuk memahami bagaimana mesti berperilaku dalam situasi adu domba.
"Asumsi bahwa situasi tenang, damai dan serasi cenderung membuat keadaan menjadi statis dan apatis, sehingga suasana bersaing dan berkontestasi harus selalu dipelihara untuk menyuburkan sikap kritis dan laku kreatif," katanya. (C-2)
                                                                                     MERAPI-ISTIMEWA
                                         Di gedung Sangkring Art Project inilah pameran 'Adu Domba' digelar.

Perkutut


Budidaya Perkutut Satu Kompleks Derkuku

PEMBUDIDAYA burung anggungan jenis perkutut, sebagian di antaranya juga membudidayakan derkuku. Lokasinya masih dalam satu kompleks pun tak masalah,sebab cara perawatan maupun jenis pakannya hampir sama. Bahkan, dapat ditambah juga puter, selain melengkapi jenis anggungan yang ada  sekaligus dapat digunakan sebagai babu, yakni untuk mengasuh anakan perkutut maupun derkuku.
Ketika tak digunakan sebagai babu, puter pun dapat ditangkarkan dan agar harga jualnya tak murah dapat memilih jenis puter pelung. Hal seperti ini telah dilakukan warga Perum Griya Taman Asri (GTA) Pendowoharjo Sleman, Sukarja. Ia termasuk sudah senior di kalangan kung mania maupun deku mania DIY dan sekitarnya, sebab cukup aktif mengikuti lomba perkutut maupun derkuku sejak 1986 silam. Lalu banyak membudidayakan anggungan sudah sekitar 20 tahun lalu.
“Hanya saja dalam mengikuti lomba maupun menangkarkan anggungan saya banyak memilih tidak ngoyo. Menang kalah dijalani santai saja,” ungkap Karja saat ditemui di tempat tinggalnya, akhir pekan kemarin.
Lelaki ramah yang juga pegawai di MMTC Jalan Magelang Sleman ini menjelaskan, khusus perkutut sekarang ada lima pasang. Pejantan dan betina dibeli dari peternak-peternak sudah mapan/kondang seperti dari Santa Surabaya, B2W Sleman, Mayur Blitar dan Paramita Indramayu. Anakan-anakan dari indukan tersebut mudaj terbeli kung mania dari berbagai daerah. Namun, ada juga yang sengaja tak dijual, sebab ia merasa senang dan bisa rutin diikutkan lomba.
Cukup membanggakan juga perkutut yang dikoleksi bernama Basudewa, saat Liga Perkutut Prabukusumo Jogja, belum lama ini terpilih sebagai juara I Kelas Piyik. Perkutut ini tak akan dijual, meski sudah ada beberapa kung mania menawar, sebab akan diikutkan dalam lomba bergengsi Piala Raja, September 2015. Perawatan penting yang rutin dilakukan perkutut kualitas lomba, misalnya penjemuran dan memandikan. Pakannya cukup jenis biji-bijian, yaitu milet, ketan hitam dan gabah Bangkok. Jenis derkuku juga sama pakannya, namun dapat juga ditambah beras merah.
Menurut Karja, piyikan perkutut sudah disapih atau bisa makan sendiri, rata-rata umur satu setengah bulan. Setelah disapih dapat disendirikan dan anggungannya bisa dipantau rutin pada umur 2,5 bulan, agar dapat ditentukan kualitas sekaligus harga yang dibanderol. Selain itu setelah disapih dapat ditempatkan di kandang umbaran selama sekitar sebulan, selanjutnya dipantau suaranya pada umur 2,5 sampai 3 bulan. Pada umur ini antara lain sudah jelas baik dasar suara, irama, maupun suara depan, tengah dan belakang. Harga piyikan perkutut umur tiga bulan satu pasang rata-rata, Rp 2,5 juta. Pernah juga di bawahnya maupun atasnya seperti Rp 3 juta perpasang.
“Harga sangat dipengaruhi kualitas burung,” tandas Karja, lelaki kelahiran Gunungkidul.
Ditambahkan, saat pengeraman telur perkutut masih dilakukan induk perkutut sendiri. Namun setelah seminggu menetas, selain dapat diasuh induknya sendiri juga dapat dititipkan sepasang puter. Saat ini, ia mempunyai puter pelung empat pasang. Banyak menggunakan puter sebagai babu terutama saat musim penghujan, agar memantaunya lebih enak. Pasalnya, saat penghujan banyak gangguan seperti kedinginan, ada angin dan petir, menjadikan anakan loncat atau jatuh dari sarang. Adapun kandang penangkaran yang digunakan di tempatnya, panjang 120 cm, lebar 60 cm dan tinggi 180 cm. (Yan)


                                                                               MERAPI-SULISTYANTO
Lokasi kandang penangkaran anggungan perkutut dan derkuku.

Minggu, 23 Agustus 2015

Terjadi Sungguh-sungguh

Nama makam Serem

 DI daerah Pucangan Kartosuro ada makam desa diberi nama yang bisa membuat bulu kuduk kita berdiri. Nama makam tersebut adalah "Congculi".  Nama itu diberikan karena sering muncul penampakam  pocongan di tengah malam yang minta dilepas tali pocongnya pada orang asing yang melintas di jalan depan makam itu. Konon katanya, bisa cepat kaya bagi orang yang ditemui pocongan tersebut. Nggak percaya, silakan cek! ( Aprianto Ary W. Kios Sribaru A1/A2, Pasar Delanggu, Klaten 57471)

Terjadi Sungguh-sungguh

Plesetan Nama Daerah

NAMA-NAMA daerah yang plesetannya mirip dengan daerah di luar negeri, terjadi di daerah Wonogiri dan sekitarnya, di antaranya Eromoko menjadi Eropa, Praci menjadi Prancis, Pacitan menjadi Pakistan dan di daerah Wonogiri Kota di sebelah timur jembatan Wonogiri (Pokoh)orang menyebutnya Itali (etan kali) alias timur sungai (Heri Pule 02/08 Mangunharjo, Jatipurna Wonogiri)

Jumat, 21 Agustus 2015

HIDAYAH


Jadikan Hati  Bergantung Kepada Allah SWT


TANTANGAN kehidupan yang semakin berat disikapi bijak oleh Hamam (semua nama disamarkan). Harga kebutuhan yang semakin mahal, persaingan usaha yang semakin ketat, pergaulan remaja yang semakin tak terkendali membuat hatinya risau. Tapi ia yakin sebaik-baik pertolongan adalah berasal dari Allah SWT.
"Tidak usah khawatir, Pak. Ada Allah SWT. Berdoa saja dibanyakkan. Dengan kita banyak berdoa, maka hati kita akan condong dan memiliki ketergantungan tinggi kepada Allah SWT. Nah, ketika itu sudah muncul, maka keimanan kita semakin kuat. Saat itu Allah SWT akan membantu kita dengan berbagai jalan-Nya," ujar Badriyah, istrinya.
Nasihat baik dari istrinya senantiasa dijalankan. Ini tampak saat menjalankan salat di musala. Ia termasuk yang terakhir berada di musala saat mengikuti salat lima waktu berjemaah. Aneka doa ia panjatkan. Dari mendapatkan rezeki yang berkah, anak yang saleh serta kesehatan diri menjadi doa yang tak pernah absen ia lafalkan. Dengan cara ini, hatinya menjadi tenang.
Ini dapat dilihat ketika ada pedagang makanan baru yang buka lapak tak jauh dari tempat usahanya. Tak terbersit pun rasa dengki atas upaya orang lain mencari rezeki. Dia perbanyak doa kepada Allah SWT agar bisnis yang dijalankan tetap mendapatkan rezeki yang berkah.
Nyatanya, setelah berjalan bertahun-tahun, usaha warung makan yang digagas oleh Hamam dan istrinya tak pernah sepi pembeli. Doanya rupanya diijabah oleh Allah SWT.
Zikir memang tak pernah ia tinggalkan saat melayani pembeli. Setiap berdagang ia berzikir dalam hati. Ia berharap pelanggannya tetap betah dan selalu beli makan di warungnya.
*** 
Ketika hati bergantung kepada Allah SWT maka jika ada musibah, akan disikapi dengan bijak. Ini terjadi saat atap kayu penyangga ruang makan warungnya roboh karena hujan deras. Kayu tersebut memang sudah lapuk sehingga rawan roboh. Untung saat kejadian warungnya sedang sepi pembeli.
Akibat kejadian ini, warungnya harus libur selama 5 hari untuk renovasi. Dan saat itu pembeli warungnya lari ke warung sebelah. Saat itu ia tetap berzikir dan memohon kebaikan dari Allah SWT.
"Saat kita berada di atas, kita harus terus bersyukur kepada Allah SWT. Saat terpuruk di bawah, kita jangan sedih, menyesal, dan diliputi rasa kehilangan. Pasrahkan semua kepada Allah SWT, maka akan nyaman hati ini," ujar istrinya menenangkan Hamam. Sebagai manusia pasti ada rasa kecewa karena harus libur dagang dan mengeluarkan uang untuk renovasi.
Akidah yang kuat dengan iman yang kokoh menjadi energi terbaik dan membuat seseorang menjadi lebih kuat. Dengan spirit ini hati tenang, selalu optimis dan pasrah atas ketentuan Allah SWT.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, niscaya diberi petunjuk oleh Tuhan karena keimanannya. Mereka di dalam surga yang penuh kenikmatan, mengalir di bawahnya sungai-sungai (QS Yunus: 9)." (Oin)

Kamis, 20 Agustus 2015

Hidayah


Meretas Jalan Sesat Berkat Silaturahmi Kiai


BERKAT hidayah, itulah yang diyakini Alan (50-samaran), sehingga dirinya bisa membangun masjid di perkampungan kumuh yang dihuni warga dengan ragam pekerjaan sesat, dari pencopet, maling antarkota, perampok, pelacur hingga mafia narkoba.
“Revolusi mental,” ujar Alan dalam wawancaranya dengan sebuah surat kabar berkaitan dengan kunjungan bupati saat peresmian masjid.
Maka terungkaplah, mulanya ia seorang perampok antarprovinsi. Menjadi perampok lantaran lingkungan keluarga dan kampungnya. Saat masih kecil ia sudah lihai nyopet di setiap keramaian seperti pentas dangdut, pertandingan sepak bola, dan sejenisnya. Menginjak remaja menjadi bos para penodong sembari agen besar narkoba dan miras impor. Ini berlanjut sampai usia 40-an. Dan penjara bagian dari tempat tinggalnya. Ia mantan napi sejumlah kasus kejahatan besar.
Keberanian dan kehebatannya bergelut tak diragukan. Kecerdikan dan kecerdasannya menjadikan dirinya sering dimanfaatkan oleh kelompok kepentingan elit politik. Tak jarang pula menjadi informan aparatur penegak hukum.
Tak satu pun orang di kampung itu yang disegani Alan, kecuali Kiai Hardi. Kepada kiai lembut inilah ia selalu menundukan muka. Bukan apa-apa, melainkan sosok tersebut justru sering bertandang ke rumah Alan sekadar ngobrol yang tak ada urusannya dengan nasihat apa pun.
Dengan sikap seperti itu, Alan justru menghormatinya. Bahkan seringkali memberikan buah tangan atau pun uang tunai dalam jumlah besar, meski pun sang Kiai kemudian menolaknya.
***
“Pak Kiai, sebenarnya saya sudah bosan hidup seperti ini. Sekarang duit yang dating ke saya. Ya dari setoran semua anak buah saya. Istri pun sudah tiga. Apa saja yangsaya inginkan telah terlaksana,” ujar Alan suatu hari.
Kiai Hardi manggut-manggut, sebelum akhirnya memberikan wejangan paling berharga. “Jangan tanya ke saya, tapi tanya saja ke Allah,” ujar Kiai, singkat.
Alan bengong. Ia merasa menjadi bodoh.
“Maksud pak Kiai”
“Ya tanyakan sama Allah. Kamu punya Allah tidak?” lagi-lagi pak Kiai membuat Alan kian mnerasa bodoh.
“Iya, saya punya Allah,” balas Alan.
“Apa bukti kamu punya Allah?” tukas Kiai Hardi.
Alan merasa terpukul oleh pernyataan itu. Ia sontak berdiri, lalu menuju kamar mandi berwudu, dilanjutkan salat Isyak. Inilah salah pertama setelah selama 30 dirinya tidak salat.
“Pak kiai, saya sudah salat. Itulah bukti saya punya Allah,” buru-buru Alan mengucapkan hal itu setelah rampung salat.
“Bagus. Kalau kamu menjalankannya lima waktu sehari, dan dilakukan sejak sekarang, ditambah tahajud, belajar baca Quran. Itulah awal kamu menuju bahagia,” kata kiai Hardi sebelum akhirnya pamit.
***
Takjub. Itulah yang dirasa Kiai Hardi pada keesokan hari di subuh yang dingin. Sebab di saf terdepan surau kecil didapati sosok Alan sedang bersila menanti adzan tiba. Ia kemudian salat subuh.
Sejak itulah surau kian dijubeli jamaah. Kebanyaka adalah wagra yang selama ini menjadi anak buah Alan. Suasana demikian berlanjut hingga tahun kelima.
Kabar menyebutkan, Alan benar-benar telah tobat, diikuti para anak buahnya. Kabar terakhir menyatakan semua harta kekayaan Alan segera diwakafkan ke pengurus masjid, dimana dia sendiri kini menjadi bendaharanya. Sehingga jadilah masjid itu, dan kini sekaligus mengubah identitas kampung sesat menjadi kampung bertabur cahaya ilahi terutama berkat ketokohan Kiai Hardi yang sanggup meluluhkan keberingasan Alan melalui jalan silaturahmi. (Met)

Senin, 17 Agustus 2015

Nyenggak


Kluruk

"MRIPATMU kok abang, mau bengi keplek apa kurang turu kowe Bul?" pitakone Mas Behi marang Kabul.
"Aku wis ora tahu keplek, Mas Behi. Kapok tenan aku sak ploke tau digrebek polisi ndhisik kae. Wis pisan wae ngrasakke nginep neng  Polsek," jawabe Kabul.
"Dadi merga kurang turu mripatmu mbiyuyut kuwi?"
"Piye le arep isa turu, nek lagi mak ler sedhilit-sedhilit ana sing ngganggu."
"Sopo sing ngganggu, bojomu?"
"Mendhing nek diganggu bojone, lha iki sing ngganggu pitik je."
"Pitik kok ngganggu wong turu."
"Tenan je Mas Behi. Jagone Kemin kae lho, lha wong kluruk kok ora nganggo wektu. Umume jago ki rak kluruk saben wayah esuk, lha iki kok bengi-bengi wancine wong turu jur klurak-kluruk."
"Ndhisik pancen jago kluruk wanci esuk, kanggo pertandha yen wis pandhang, srengengene wis arep njedhul. Lha sak iki, lampu listrik wis kencar-kencar, jagone rak ya dadi bingung, kapan dheke le kudu kluruk."
"Alah Mas Behi ki ana-ana wae. Ning apa bener kandhane wong-wong mbiyen ya, yen ana jago kluruk wayah bengi kuwi pertandha bakal ana prawan meteng?"
"Kuwi gugon tuhon, Bul. Percaya kena, ora percaya ya ora apa-apa."
"Lha Mas Behi dhewe, percaya ora?"
"Nek aku ya kuwi mau, percaya ra percaya. Kowe percaya ora, Bul?"
"Aku genah ora percaya. Wong nyatane jagone kluruk apa ora kluruk, tetep wae akeh prawan meteng."
"Huus, nek ngomong mbok ora waton."
"Ora waton piye to, coba dipikir Mas Behi, upamane ora ana prawan meteng, suwe ning suwe pendhudhuk dunia teneh entek."
"Yoooh, sak karepmu leh arep ngomong, Bul." <B>*<P>

Sabtu, 15 Agustus 2015

Cerpen Koran Merapi 9 Agustus 2015


Laki-laki Yang Dilukai Sebuah Kisah

Cerpen: Ahmad Muchlish Amrin



Sudah bermalam-malam aku terjaga dan berhari-hari aku terlena pada semerbak kamboja di luar jendela--- Ia seperti mengigau. Hari-harinya menjadi murung. Tak terlihat lagi menyiuli pagi di dekat sangkar burung. Orang-orang di dekatnya sangat cemas. Tersebab lambat laun tubuhnya lintuh dan lemas.
Matanya kian redup seolah-olah ia kehilangan harapan hidup. Tapi tak ada yang tahu, apa yang menyebabkannya terus termangu. Hanya saja, suatu waktu di saat aku berada di dekatnya, ia sempat mengumpat seseorang.
“Brengsek! Guru brengsek!” ia meludah ke samping kanan, lalu ia kembali menimpali kata-kata ke udara “Joni brengsek!”
Aku tidak menanggapinya sedikit pun. Kubiarkan ia menumpahkan kebak riak amarah di dadanya. Dan mungkin, dengan cara seperti itu. Ia bisa sedikit lega---itulah yang kupikirkan.
***
“Makanan sudah siap, silahkan sarapan, Kak!”
Wanita paruh baya dengan tahi lalat di dagunya itu mendekatinya. Ia melihatku yang sedang di dekatnya. Sesekali tangannya memintal sebuah benang yang dipegangnya.
“Makan sana!”
Perempuan itu menyuruhku sarapan. Matahari di matanya bersinar terang. Angin angslup di balik kerudungnya yang regang. Tak lama kemudian, ia membalikkan badan. Dari raut mukanya, rasa sedih terasa berkelindan.
Ketika wanita berkulit kuning langsat itu hendak melangkah pergi, aku membuntuti di belakangnya.
“Bi’, sejak kapan paman Iyubenu jadi seperti itu?”
Ia berjalan pelan. Sesekali menoleh ke arahku.
“Aku lupa pastinya. Kira-kira setengah bulan yang lalu. Pamanmu tidak pernah berbicara terbuka padaku. Pada mulanya, ia memang selalu dekat dengan tuan guru Joni.” Bi’ May lancar bercerita dengan alis yang sedikit mengernyit.
Aku baru paham, kenapa ia mengumpat tuan guru Joni. Ia melanjutkan perkataannya “Kadang tuan guru Joni datang ke sini. Ngobrol sampai larut malam. Mereka cekakak-cekikik di amben. Kadang pula pamanmu mengunjunginya. Hanya saja, semenjak satu bulan yang lalu, pamanmu tidak ke sana dan tuan guru Joni pun tidak ke sini. Aku berpikir mungkin saja sedang ada masalah. Tapi setiap usai bertemu dengan tuan guru Joni, terlihat ada yang aneh pada pamanmu. ia terlihat selalu murung.”
“Bibi tidak pernah tanya, mengapa paman bisa seperti itu kepada tuan guru Joni?”
“Sampai saat ini belum pernah. Tentu bibi sangat sungkan untuk bertanya langsung padanya.”
“Bibi kan bisa meminta Dik Hamid untuk ke sana?”
“Adikmu kemarin sempat ingin ke sana. Tapi sampai saat ini masih belum berangkat. Huh! Adikmu itu memang suka menunda, Muchlish.”
Aku terdiam. Langkah kakiku seolah-olah terasa berat. Tuan guru Joni di daerah kami memang sangat dikagumi oleh masyarakat. Bahkan, untuk urusan apa pun di masyarakat kami, pasti meminta nasihatnya. Bukan karena ia cerdas dan alim. Bukan pula karena kepalanya mengkilau plontos. Bukan. Tapi tuan guru Joni memang seorang guru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat kami.
Bi’ May segera masuk ke dapur. Aku melihat-lihat sebuah lukisan harimau yang terpajang rapi di dinding sebelah utara di ruang tengah. Sementara paman Iyubenu masih duduk di kursi seolah-olah sedang termenung. Tatapannya lurus ke depan. Lurus ke arah kebun-kebun yang hijau.
***
Paman Iyubenu memang terkenal orang baik. Orang-orang yang ada di lingkungan sekitarnya pada heran, mengapa paman Iyubenu jadi linglung. Mungkin saja karena amalan-amalannya yang keliru---begitulah dugaan-dugaan yang berkembang di masyarakat kami.
Aku juga sangat heran. Belum pernah aku mendengar paman Iyubenu mengumpat atau misuh-misuh pada orang lain. Bahkan kesan dari tetangga-tetangganya, belum pernah paman Iyubenu bermasalah dengan orang-orang yang ada di lingkungannya.
Ia rajin ngaji, shalat berjamaah, rajin puasa, dan selalu saja berbagi sedekah. Jika tiba waktu bulan Ramadhan, paman Iyubenu berpuasa penuh, shalat tarawih, I’tikaf di masjid, dan selalu membagi-bagikan paket lebaran kepada masyarakat. Bila tiba waktu idul qurban, ia selalu berkurban. Itulah sebabnya, masyarakat sangat heran, mengapa paman Iyubenu jadi kehilangan harapan hidup.
Kini panam Iyubenu tidak berjamaah lagi di masjid, tidak ngaji, tidak membagi-bagikan sedekah, bahkan yang paling disayangkan, kini ia berhenti shalat. Itu sangat mengerikan, bukan?
Nah, lama-lama mulai terkuak. Ternyata, terakhir kali paman Iyubenu datang ke rumah tuan guru Joni bersama dengan paman Rusdi. Selama ini Paman Rusdi memang belum buka mulut. Ya, mungkin saja ia khawatir ditanya soal ini. Jadi lebih baik tutup mulut.
Di saat aku tahu bahwa paman Rusdi mengerti penyebabnya, aku berusaha datang ke rumahnya. Rumah paman Rusdi tidak terlalu jauh dari rumah paman Iyubenu.
***
Malam semakin gelap. Lampu-lampu tengah yang merumbai telah dinyalakan di rumah paman Rusdi. Aku duduk di ruang tamu. Aku duduk di sebuah kursi kayu yang diukir. Paman Rusdi pun menemaniku. Asap rokok Gudang Garam menggeliat dari mulutnya.
Aku mengatakan padanya, jika kedatanganku ke rumah paman Rusdi atas perintah Bi’ May. Ya, aku pun mengatakan padanya, jika terdengar kabar bahwa terakhir kali paman Iyubenu datang ke rumah tuan guru Joni bersama paman Rusdi.
Dan aku juga menceritakan keadaan terakhir paman Iyubenu. Ia pun sangat kaget. Paman Rusdi ternyata belum tahu keadaan terakhir paman Iyubenu. Ternyata paman Rusdi bukan tutup mulut sebagaimana yang diduga kami sebelumnya. Paman Rusdi memang benar-benar belum tahu. Tapi apakah paman Rusdi benar-benar tidak tahu keadaan paman Iyubenu? Tak ada yang bisa memastikan.
Malam itu---paman Rusdi mulai bercerita. Kami datang berdua ke rumah tuan guru Joni. Aku diajak Iyubenu. Katanya, ia sangat senang sowan ke rumah tuan guru Joni---asap terus mengepul ke udara. Sesekali paman Rusdi menyeruput kopi.
“Orang-orang yang datang ke rumahnya. Pasti terlena akan kisah-kisah yang diceritakan oleh tuan guru Joni.” Lanjutnya.
“Tuan guru Joni ketika itu bercerita tentang seorang lelaki yang kaya raya, ahli ibadah, rajin ngaji, istiqamah puasa, rajin shalat berjamaah di masjid. Tetapi ia tetap dimasukkan ke neraka oleh Allah Swt.”
Aku mengangguk-angguk mendengarkan cerita paman Rusdi. Aku melihat matanya yang begitu semangat menirukan tuan guru Joni. Paman Rusdi melanjutkan kisahnya.
“Sebabnya sang ahli ibadah itu dimasukkan ke neraka adalah karena di kampungnya ada seorang janda muda yang miskin. Si janda itu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, agar apa yang ia makan, minum, dan pakaiannya bisa didapatkan dengan cara yang halal. Tetapi si ahli ibadah itu tidak pernah memperhatikannya. Padahal disamping ia menjadi dhuafa harta, ia sebenarnya juga dhuafa biologis, ia sebenarnya juga ingin menikah. Tapi tidak ada orang yang hendak menikahinya. Dan tentunya, perempuan itu sewajarnya dinikahi oleh seorang yang sholeh yang kaya raya. Nah, karena si ahli ibadah yang bernama Fadhil ini cuek pada wanita itu, maka bagi Allah Swt. tak ada artinya amal ibadah dan amal kesalehannya selama ini.”
Paman Rusdi mengambil bungkus rokok. Ia mengambil satu batang lalu menyulutnya lagi. Asap membumbung ke udara.
“Fadhil menyampaikan protes kepada Allah Swt. ‘Ya Allah, bukankah aku telah melakukan semua yang telah Engkau perintahkan?”
“Betul!” Jawab Allah Swt dengan sangat santai.
“Bukankah aku ini sudah rajin shalat berjamaah di masjid, puasa Ramadhan, puasa sunnah, sedekah, dan sudah aku tunaikan hajiku, apakah Engkau masih akan memasukkan aku ke dalam neraka, wahai Tuhanku?’
Lalu Allah Swt. menjawab dengan tegas “Tempatmu adalah neraka!” Fadhil sang ahli ibadah itu menangis di hadapan Allah Swt. “Malaikaaattt! Giring orang ke dalam neraka. Lemparkan ke dasarnya.”
Aku semakin tertarik mendengarkan cerita paman Rusdi.
“Ketika itu dengan penuh keresahan, Fadhil bertanya kepada Tuhan,” Cerita paman Rusdi begitu dramatis “apakah gerangan kesalahanku dan apa yang sebenarnya harus kulakukan, wahai Tuhanku?”
Dan Tuhan pun menjawab, “Kamu memang rajin ibadah, rajin puasa, rajin shalat berjamaah, rajin ngaji. Tapi semua itu tidak ada artinya bagiku. Ibadah yang kamu lakukan sama sekali tidak berguna bagi kepekaan dirimu sendiri atas orang-orang di sekitarmu. Bukankah orang-orang di sekitarmu itu bagian dari diriku juga?” Fadhil hanya mengangguk-anggukkan kepala. Ia menunduk tunduk. Lalu Allah melanjutkannya “Tidakkah kau lihat janda muda miskin yang hidup di pojok kampungmu itu? Sudah kuberikan keberlimpahan harta bagimu. Sudah kuberikan kehendak untuk beribadah, sedekah, dan haji kepadamu. Namun semua itu masih kamu abaikan juga. Bukankah sudah kamu baca terus menerus firmanku di dalam al-Qur’an bahwa kamu sebagai seorang laki-laki sudah kuperintahkan beristri lebih dari satu, bukan?”
“Tapiii…tapiii….”
“Tapi apaa, Ha?”
Fadhil gemetar ketakutan.
“Malaikaaaatttt! Cepat lemparkan hambaku ini ke neraka.”
Aku merinding mendengarkan kisah itu diceritakan kembali oleh paman Rusdi. Aku hanya membayangkan, bagaimana ketika paman Rusdi dan paman Iyubenu mendengarkan kisah itu langsung dari tuan guru Joni.
“Di saat-saat mendengar kisah itu. Pamanmu Iyubenu menitikkan air mata. Bahkan ia menangis sampai sesenggukan”.
Nah, pikiranku terus berkembang. Barangkali kisah inilah yang membuat paman Iyubenu begitu sedih dan linglung. Angin malam kian dingin. Asap rokok paman Rusdi masih mengepul. Aku meneguk air putih dari sebuah gelas yang bergambar buah pisang. Kuperhatikan cicak di dinding menjalar ke atap amben rumah besar itu. Di luar terlihat gelap. Obrolan kami terus berlanjut hingga larut malam.
***
Itulah sebuah kisah yang lebih tajam dari pedang. Kisah yang telah membuat seorang laki-laki terluka karenanya. Dan sampai saat ini, kisah-kisah itu terus menerus melukainya.***

Yogyakarta, Agustus 2015

hidayah



Dulu Senang Mempersulit

Kini Ketiban Getahnya


MISWATI (semua nama disamarkan) adalah seorang pejabat yang gila akan kehormatan. Sebagai salah satu orang yang memegang peranan di instansinya, ia ingin orang-orang membutuhkan dia. Saking gila terhadap jabatan, ia memiliki prinsip: bila memang bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah. Dengan cara itu, ia ingin menjadi pahlawan lantaran bisa membantu menyelesaikan persoalan.
Namun, cara yang dilaukan agak nyleneh. Ia akan mempersulit di depan hingga pada satu titik tertentu, orang yang meminta bantuan itu memberikan bingkisan dan merengek-rengek terhadap Miswati. Saat itulah, dia akan membantu orang itu.
Ini pula yang dilakukan kepada Kirjo. Saat itu Kirjo berharap dibantu untuk pengurusan surat keterangan. Miswati pun sudah menerima permohonan Kirjo. Dijanjikan, pekan depan akan selesai. Namun, pada hari yang sudah dijanjikan surat tersebut tidak bisa diambil. Alasannya, pejabat yang harus menandatangani surat tersebut sedang tugas luar kota selama dua minggu.
"Ya mohon lah dibantu bu. Kalau tidak ada surat itu saya bisa kesulitan. Ini kebetulan kami baru saja dari luar kota, ada sedikit oleh-oleh buat ibu dan keluarga," ujar Kirjo sembari menyerahkan lima kilogram mangga. Saat menyerahkan mangga itu, Kirjo sembari mengucap bahwa tanpa ada Miswati semua urusannya tidak akan selesai.
Apa yang dilakukan Kirjo ini karena sudah diberi tahu tetangganya, yang kebetulan pernah berurusan dengan Miswati. Karena sudah dikenal sebagai pejabat yang mempersulit, maka perlu ada pelicin agar segala sesuatunya bisa lancar.
Kirjo hanya satu dari sekian banyak 'korban' Miswati. Banyak perseorangan, lembaga dan perusahaan yang terganjal ulah Miswati yang gemar mempersulit keadaan.
***
Roda kehidupan itu terus berputar. Kadang di atas kadang pula di bawah. Ini yang tidak disadari oleh Miswati. Anaknya yang sudah lulus perguruan tinggi akan mendaftar kerja. Setelah bertahun-tahun tak mendapatkan pekerjaan yang cocok, akhirnya mencoba mendaftar di sebuah perusahaan.
Saat sudah mendapatkan panggilan tahap terakhir, ternyata perusahaan tersebut pernah terkendala perizinan saat Miswati menjabat. Ketidaksengajaan ini terjadi karena ada nama Miswati yang tercantum dalam keterangan nama orangtua dalam CV.
"Kamu anak dari Miswati? Wah, ibumu itu dulu payah. Kerjaannya selalu mempersulit orang. Perusahaan ini lama perizinannya karena ulah dari ibumu," ujar Boy, pemimpin perusahaan didampingi Richard, manager HRD perusahaan itu. Di CV, pelamar memang harus mencantumkan nama orangtua. Kebetulan saat mengurus izin perusahaan, Boy dan Richard tahu terjadi kendala karena ada pejabat bernama Miswati.
Mendengar hal tersebut, Haryo, anak Miswati kaget. Dengan ucapan tersebut ia yakin tidak bakal diterima di perusahaan tersebut. Pulang ke rumah, Haryo pun <I>wadul<P> kepada Miswati. Dia kecewa lantaran tak diterima di perusahaan tersebut karena secara tidak langsung akibat ulah ibunya.
Saat itulah Miswati terdiam. Ia tak menyangka ulahnya mempersulit orang akan berdampak negatif bagi keluarganya. Kini Miswati hanya bisa meratap. Saat pensiun, ia belum bisa melihat anaknya masuk kerja. Salah satunya karena disebabkan ulah dia yang mempersulit orang lain. (Junianto B Setiawan)

Jumat, 14 Agustus 2015

really happened



I CHILD Joseph school holidays today feel at home. He is day-to-day just watching his favorite TV cartoons such as Doraemon, Spongebob, Naruto, Unyil, Dudung, Upin Ipin. Passable I can save more money not held school lunch money. But the risk is, when the pay electricity would go up, because the flame nonstop TV. What are your children, too? (Posts: SH Saputra, Jalan  Jogja Solo, Tapurnas 18C KM 17 Klaten  57 454)

Kamis, 13 Agustus 2015

hidayah


                                 Baju Bekas Bawa Berkah


SEBAGAI seorang manajer di sebuah perusahaan besar, Afif (semua nama disamarkan) senantiasa mengenakan pakaian yang pantas dan berwibawa. Ini merupakan tuntutan perusahaannya. Bahkan, di slip gajinya terdapat tunjangan penampilan yang mewajibkan dia membeli pakaian baru saat bernegosiasi soal proyek dengan rekanan.
Lantaran hal ini pakaian di lemarinya semakin lama semakin menumpuk. Sering kali lantaran sudah tak muat, pakaian yang sudah tak dipakai selama satu tahun ia taruh di sebuah kardus di pojokan kamarnya.
"Sebenarnya sayang lho mas kalau cuma ditempatkan di kardus. Alangkah lebih baik diberikan kepada orang yang membutuhkan," ujar Risa, istrinya. Afif menangguk tanda setuju.
Namun, lantaran kesibukan ia kesulitan untuk memberikan kepada siapa baju-baju itu. "Nggak usah bingung-bingung mas. Bawa saja lima potong baju saat pergi ke luar kota. Nah, di sela-sela itu kalau ketemu tukang becak atau orang yang dirasa pantas diberi baju itu, kasih saja dua atau tiga potong. Gampang kan," sahut istrinya.
Usul istrinya ini disambut baik oleh Afif. Saat mendapatkan tugas luar kota, istrinya sudah mempersiapkan baju-baju bekas tapi layak tersebut. Ia meminta agar suaminya tidak lupa memberikan kepada orang yang dirasa tepat menerima.
***
Saat turun dari bandara dan kemudian mengendarai taksi menuju tempat meeting bersama klien, ia melihat dari kejauhan seorang tukang becak yang sedang mengayuh tanpa penumpang, ia segera meminta sopir taksi menepi. Ia hampiri tukang becak yang bajunya tampak berlubang di beberapa sisi.
"Ini aja baju buat bapak. Lumayan buat ganti," ujar Afif membuka perbincangan dengan tukang becak itu. Raut wajah sang tukang becak tampak kaget campu senang. Si tukang becak tahunya baju tersebut baru lantaran kualitas yang masih bagus. Lantaran sibuk, Afif langsung memberinya 5 potong baju yang disiapkan istrinya itu.
Karena sudah kebiasaan, Afif menjadi terbiasa membawa baju bekas setiap kali tugas perusahaan. Rata-rata ia dapat tugas dari perusahaan sebulan sekali. Perlahan-lahan tumpukan baju yang tidak terpakai di rumahnya berkurang dan akhirnya habis.
Tanpa disangka kebaikan yang dilakukan sembari bekerja itu, kembali lagi kepada Afif. Setiap kali negosiasi dengan klien selalu berhasil. Pimpinannya juga tak pernah melihat kekurangan dari pekerjaan yang dijalankan Afif. Bosnya selalu melihat kelebihan terhadap usaha yang telah dilakukan. Seolah-olah Allah SWT menutupi aib Afif, seperti halnya dia memberikan baju kepada orang-orang yang tidak mampu.
Afif pun bersyukur usahanya diberikan apresiasi oleh pimpinannya. Ia pun tak segan untuk membawa baju-baju yang tak pernah dipakai kepada orang-orang yang membutuhkan. Ibarat pepatah, sembari menyelam minum air. Sembari bekerja ia bersedekah baju bekas kepada kaum dhuafa. (Junianto B Setiawan)

Rabu, 12 Agustus 2015

hidayah

HIDAYAH


Make Faith Weapons
Face Competition
COMPETITION effort lately more stringent. Traders competing prices to attract customers. Or some are giving special bonuses to buyers. Seeing such a tight competition, Habib (all name suppressed) react with the usual."If it matters tend to be unhealthy competition, we leave it to the same Allah. Lucky there's already set. Price US standards, without any addition or subtraction. We improve our services," said Habib when his wife complained while waiting for business buying and selling groceries that she open.Habib asked his wife to improve the quality of faith in God Almighty. While waiting for the stall try with a translation of the Koran. Thus, no time is wasted. In addition, he also asked his wife to set aside Rp 500 each trade transaction regardless of amount."We live as charity alone. Later when collected one month, most of us love to the mosque. Most of us give to the institution and amil zakat," said Habib to his wife.As a pious wife, he was to obey her husband. Often because they want more charity, every purchase, he immediately alms Rp 1,000.This effort seems to get a blessing from Allah SWT. It is proven, a lot of buyers shopping in the store even though other shops also offer discounted rates. According to buyers, shopping in stores owned by Habib atmosphere is more comfortable and the service provided is good that it makes the buyer feel at home.Habib was now not afraid to face competition tend not healthy. He returned everything to religion. Thus, the blessing always come and attempt to get the grace of Allah SWT. (Junianto B Setiawan)

Nandur Wiji


DADI wong kaya Mas Behi rasane kok ya le kepenak timen ya," ujare Kabul.
"Kepenak apane ta Bul, lha wong padha-padha mangane sega, nek arep nduwe barang apik ya padha le kredit," jawabe Mas Behi.
"Ora perkara kuwi, ning bab kewajibane Mas Behi minangka kepala rumah tangga. Senajan wis pensiun, ning putra-putrane rak wis mentas. Malah dha dadi uwong kabeh, ana sing dadi pengusaha sukses, dadi pejabat, malah ana sing neng luar negri barang."
"Ya Alhamdulillah, kabeh anak-anakku bisa nggayuh apa sing dadi cita-citane. Ning kabeh mau rak ora kaleksanan kanthi ujug-ujug. Kaya dene pak tani, nek kepingin panen kudu nandur wiji ndhisik lan dipupuk. Jaman semana aku ya nganggo prihatin barang, ibarate sirah dinggo sikil, sikil dinggo sirah mung supaya anak-anakku bisa nerusake sekolahe."
"Woo... mengkono ta Mas Behi, tak kira merga putra-putrane sing pinter-pinter."
"Pinter utekke pancen penting, ning ragat ora kalah pentinge. Mung wae nek utek kuwi wis gawan saka sing Kuwasa, dene ragat yen ora ana isih isa diupayakke. Lha nek anakmu kepriye, kepingin arep neruske sekolah sing dhuwur ora?"
"Lha iya kuwi Mas Behi. Nek sing gedhe, dhasare bocah wedok ya wis ben lulus SMA langsung kawin. Ning sing cilik iki lho, bocah lanang eman-eman nek mung lulus SMA."
"Sing wis kebacut kawin rasah digetuni, saiki nek isa sing isih sekolah disengkuyung kepiye carane supaya bisa nggayuh citane-citane. Wis tau ditakoni durung bocahe kepingin dadi apa?"
"Jarene kepingin dadi polisi, ning aku dadi semelang je Mas Behi."
"Ngapa kok semelang, dadi polisi rak gagah lan gaweyan sing luhur."
"Wah risikone kuwi lho, polisi jaman saiki akeh sing waneni. Malah wingi ana sing ditembak barang. Kudune rak polisi sing nembak, eee ... lha iki kok kewalik."
"Pikiranmu ki ora sah nglambrang tekan semono. Nek kabeh wong kaya kowe, mengko ora ana wong sing kepingin dadi polisi. Isa-isa uga ora ana sing kepingin dadi pejabat, mengko wedi ndak dicekel KPK mergo ditudhuh korupsi."            
"Weh... ya tangeh lamun nek ora ana wong sing kepingin dadi pejabat. Lha wong upamane korupsi sing gedhene isa dinggo pitung turunan, ukumane mung setaun rong taun. Apa ora kepenuk kuwi."   (*)   

Selasa, 11 Agustus 2015

Appearance

APPEARANCE woman sometimes makes others deceived and careless. Johnny S (57), driver Rawamangun Jakarta Timur origin, did not suspect at all, if a beautiful woman who turned out to be an impostor diantarnya and heart to carry off a rental car Toyota Avanza.
Previous offender with two friends merental car plus driver, Tuesday (28/1) morning. Perpetrators asked to be taken to Yogya, while two friends dropped in Cirebon. Arriving in Yogya at night, both rested in Yogya Pajeksan Road area.
Victims are exhausted directly to bed. At that moment, the perpetrator act took the car keys were put on the table room, then blurred using the rental car. The new victim realized becoming a victim of fraud, after the perpetrators are not found in the hotel until late at night.
Fraud action is also carried out three female residents of West Java Depok, DH, VJ and S. It is said that S DH and VJ ordered to pretend to pawn some gold jewelry - allegedly fake - at a jewelry store in the city of Magelang. The act was done alternately. But when the store employees to check or melted, known jewelry allegedly false. The employee was immediately reported to the Police South Magelang and made the pursuit and arrest.
It turns out this plot is already familiar with the action. At least, in mid-December 2012 and they also do the same also in the same store. At that time DH carry jewelry bracelet 13 grams worth USD 4 million and a necklace Milano 13 gram for Rp 3 million. Being brought VJ 20 gram gold bracelet jewelery worth Rp 6 million.
Despite the usual, it turns out the perpetrators still sobbing when he met South Magelang police chief, Commissioner Sri Wigiyanti in space PPKO Magelang City Police, Friday (1/2) afternoon. They apologized and would not repeat his actions. Hopefully it's not a sham gesture, to trick the police to feel pity. (February 2013)

trenyuh

Trenyuh
"SAKA ngendi Bul, kok nganggo klambi ireng-ireng?" pitakone Mas Behi marang Kabul.
"Nyandhang ireng-ireng ngene genah layat ta Mas Behi, rak ya ra mungkin njagong manten," jawabe Kabul.
"Weh, ditakoni apik-apik kok jawabe sengol."
"Ora sengol Mas Behi, ning aku ki isih trenyuh tenan karo sing tak layati mau."
"Kadingaren Kabul isa trenyuh atine, mantanmu pa piye sing mati?"
"Mantan piye, wong lanang kok mantan. Dheke kuwi kanca cedhak, kanca gulang-gulung seka cilik. Ha sing marai aku trenyuh, kok isa-isane dheke nganti tegel ngendhat. Kamangka anake isih cilik-cilik."
"Ooo...dadi kancamu kuwi mati merga nglalu ta. Ya bener nek kowe nganti trenyuh. Aku melu bela sungkawa ya Bul."
"Matur nuwun. Ora ngira tenan lho Mas Behi nek wonge isa nekat kaya ngono, lha wong rong dina kepungkur aku isih ketemu kaya ora ana apa-apa kok. Malah gegojegan kaya biasane."
"Lumrahe mengkono Bul. Jenenge wong nglalu kuwi rak ya ora nganggo dirancang, ning dadakan sak dhet sak nyet. Pancen ana sing wis niat, wis dipikir dawa, mula banjur gawe surat wasiat barang."
"Wah iya, Mas Behi ngomong surat wasiat aku dadi kelingan. Muga-muga dheke ya gawe."
"Apa urusane karo kowe?"
"Penting kuwi Mas Behi, sapa ngerti nek surat wasiate nyebutke yen utange marang aku kon mbayari warise."
"Dadi kowe isih ana urusan utang piutang?"
"Isih Mas Behi, sesasi kepungkur nyilih aku sepuluh ewu nggo tuku bengsin."
"Semprul kok kowe ki Bul, jare rumangsa trenyuh kok utang sepuluh ewu wae isih dieling-eling. Wis diikhlaske wae, men padhang dalane kancamu neng alame kana." *